in Digital, Music

Saatnya Band (Musisi) Tidak “Menjual Lagu”

Setelah diskusi dengan beberapa orang teman yang terlibat di dunia band indie, ada beberapa hal yang cukup menarik perhatian. Diantaranya adalah era masa depan industri musik Indonesia. Kurang lebih begini rangkumannya :

Anda punya band? Atau anda musisi? Anda membuat lagu? Dan anda rekaman (recording)? Yah, itu proses yang biasanya dilakoni band/musisi. Oh iya, rekaman yang dimaksud disini adalah rekaman swadaya (recording dengan biaya sendiri). Tahap selanjutnya setelah proses rekaman inilah yang sering kali membingungkan. Beberapa band/musisi melakukan promo album, diantaranya dengan kerjasama dengan industri lain (biasanya rokok), dan yang paling umum menggandeng partner dari media radio dan distro – distro. Harapannya adalah lagu mereka bisa dikenal publik dan akhirnya laku terjual. Apakah metode seperti ini akan terus bertahan untuk waktu – waktu ke depan? Sementara sekarang adalah jaman digital, sehingga lagu yang dijual dalam bentuk CD dengan benderol harga lumayan bisa dengan mudah digandakan (dibajak) dan disebarluaskan secara gratis (dan ilegal).

Contoh paling mudah adalah launching album terbaru PeterPan beberapa waktu lalu. Bahkan sebelum album “Hari yang Cerah” tersebut dilaunching secara resmi, seluruh lagu dalam satu album tersebut sudah berdengung di seputar kost-kostan daerah Jogja . Dan tentunya “hal biasa” ini tidak hanya terjadi di Jogja saja bukan? Dan tentunya tidak hanya album PeterPan saja, Kangen band juga (ouhh.. , topik sensitif ya :D).

Untuk band sekelas PeterPan, Padi, Dewa19, Slank, dll mungkin hal ini tidak berpengaruh banyak. Pendapatan mereka tetap berlebih. Tapi bagaimana dengan mereka yang berjalan di jalur indie? Pangsa pasar sedikit, bertahan susah, masih dibajak lagi.. (helahh…, sedih banget..)

Bagaimana jika sekarang skemanya kita ubah. Musisi, ciptakan karya, rekaman (baik itu rekaman yang profesional maupun amatir), setelah itu berikan lagu anda secara gratis. Medianya bisa berbagai macam, baik itu titip di komputer/laptop teman, bagi – bagi CD, dan tentu saja INTERNET. Saya kasih huruf besar buat kata INTERNET karena media inilah yang bisa jadi paling ideal. Jangkauan tanpa batas, tanpa ukuran usia, *hanya ukuran bandwith :D. Ditambah lagi tolak ukur diterima tidaknya karya musik anda di publik juga semakin mudah diukur. Berapa banyak yang mendownload lagu anda, berapa rating lagu anda, berapa banyak yang mengomentari lagu anda, dll tergantung fasilitas dari website yang menampung lagu anda. Sebagai contoh ada MySpace, Multiply dan ProjectOpus.

Selain itu selera musik masyarakat juga tidak bisa lagi didikte oleh para penguasa bisnis industri musik. Musik apapun bisa keluar. Semua punya kesempatan yang sama. (kecuali jika para penguasa industri musik ini juga menjelajah ke bisnis internet, nah skenarionya beda).

Lalu darimana si musisi bisa hidup kalau lagunya dibagi gratis? Ya dia bisa nyambi sambil jadi PNS juga kan.. (Lah wong gak masuk kerja juga gak masalah kan, pensiun juga dapat..) Masih banyak “wilayah” lain yang bisa dijadikan musisi untuk mendapatkan pemasukan. Kita ambil contoh saja:

Anggap ada sebuah band bernama FeelingBlue. Setelah melakukan rekaman secara semi profesional (sebagian dengan software Fruity Loops dan CoolEdit dan sebagian di studio), lagu mereka siap dalam format MP3. Lagu ini di letakkan di internet, dan gratis untuk didownload. Ternyata cukup banyak yang suka lagu mereka. Akhirnya order manggung pun berdatangan (satu pemasukan). Kemudian provider GSM mengontrak mereka untuk jadi nada sambung : semacam NSP, ring back tone, dll (pemasukan kedua) . Setelah semakin terkenal, mulailah mereka membuat merchandise, dan dijual di berbagai distro dan toko merchandise (pemasukan ketiga). Semakin terkenal lagi mereka, tidak menutup kemungkinan tawaran main iklan datang, bahkan mungkin main film (pemasukan keempat). Itu baru hal – hal sederhana yang terpikirkan. Kalau mereka lebih jeli mereka bisa membuat komunitas online untuk mendapatkan income tambahan dari iklan online (bisa minta bantu Babe Nukman buat konsultasi masalah ini :D). Dengan jalan seperti ini, siapa tahu suatu hari nanti FeelingBlue main satu panggung dengan Nidji, GIGI, Dewa19 dan Kangen Band :D.

Dari hal – hal seperti itu nantinya para musisi – musisi indie ini bisa mendapatkan apresiasi yang lebih layak atas kreatifitas mereka. Rumusnya (*mode sok tahu) kurang lebih : Kreatif — Terkenal — Pemasukan. Dan konsep dasarnya adalah bahwa musisi tidak lagi mendapatkan pemasukan dengan menjual lagu – lagu mereka dalam bentuk CD/kaset tetapi dari efek atas diterimanya musik mereka di masyarakat. Ini sekaligus menjadi parameter kreatifitas musik mereka. Untuk mendapatkan pemasukan yang semakin baik, maka kreatifitas mereka juga harus semakin tinggi.

Jadi bagaimana para musisi indie? Anda sependapat?

Kenapa? Web nya di Indonesia belum ada? Hmm… apa perlu saya rintis? 😉 Ha..ha..ha

NB : FeelingBlue yang dicontohkan adalah nama band yang benar – benar ada. Anda bisa mendownload lagu mereka disini dan disini .

update: Oh iya, di Indonesia ada www.importmusik.com (disponsori A Mild kalo gak salah). Tapi gak bisa download lagunya, jadi kalo mau denger lagunya langsung lewat webnya. Atau kalo tidak bayar buat Ring Back Tone.

UPDATE : Seseorang di Perancis telah merealisasikan ide saya ini. Silahkan baca disini..

Write a Comment

Comment

  1. Musik sudah menjadi industri, dan diatur ekonominya oleh label company yang berkonspirasi dengan vendor pembuat media penyimpanan (saat ini CD). Makanya CD encrypted banyak ditolak oleh konsumen.

  2. hihi nice idea.. 😀 aslinya sih juga musisi sekarang dpt duit bukan dari jualan kaset/cd..berapa sih royalti yg mereka dpt?kecuali albumnya emang laku mpe 1 juta kopi..
    kebanyakan mereka dpt duit dr manggung dan iklan plus ring back tone..

    ide menggunakan internet lg saya coba sekarang 🙂

    *eh ini postingan lama banget yah..hihihi…baru baca sekarang :D*

  3. @Jay : Tepat sekali.., padahal ini sudah menjadi kebutuhan dasar manusia.. Susah dong buat dikekang.. Seandainya sembako bisa dibajak, dah dibajak tuh..

    @ekowanz : Wah.. sepertinya menarik nih.. “Ide menggunakan internet” itu persisnya seperti apa bos? Apa dirimu mempromosikan lagu lewat internet? Ato sedang bikin kaya Jamendo.com?

  4. ketika para musisi tidak membuat lagu dan didistribusikan oleh label, maka apakah para musisi tetap tidak berkarya?saya rasa imposible mas, tetap berkarya banyak jalan menuju roma.. hehehe
    coba deh join ke http://solusimusik.com semoga menjadi solusi