7 Kali ke Service Center Asus, Akhirnya Berganti ke Xiaomi

[Foto: cheshireeastcouncil | flickr.com]

Saya sempat pakai Asus Zenfone 2 (yang RAM 4GB, memori 32 GB). Saya cukup puas dengan ponsel ini. Selain harganya tergolong lumayan (saya beli gak sampai 4 juta rupiah), spesifikasinya juga mumpuni. Layar lega tapi gak gede-gede amat, performa dan baterai pun menunjang. Puas lah.

Singkatnya, ponsel saya ini jatuh, dan layarnya retak parah. Jadi saya harus ke service center untuk mengganti layarnya.

Ke Service Center – I

Hari Sabtu (kalau gak salah ini di Agustus 2015), saya ke service centre Asus di STC Senayan (sebelahan sama Mall Plasa Senayan). Ternyata Sabtu mereka cuma buka dari jam 10 sampai jam 1 siang. Saya sih datangnya sekitar jam 12 siang. Masalahnya, kita harus ambil nomor antrian dulu, dan jumlah antriannya dibatasi, kalau gak salah cuma 30 orang deh. Kecuali nanti pas semua nomor antrian kelar dipanggil, tapi masih belum jam tutup, mungkin masih bisa dilayani. Sewaktu saya datang, semua nomor antrian sudah habis.

Ke Service Center – II

Sabtu minggu depannya saya datang lagi sekitar jam 10 lebih 15. Lah, nomor antriannya kok sudah habis lagi? Dengar cerita dari orang-orang, ternyata nomor antriannya itu diletakkan di luar dari Jumat malam. Jadi orang-orang sudah pada ambil dari Jumat malam sebelumnya. Selain itu ada yang ngaku dia masih bisa dapat pagi itu karena dikasih nomor antrian dari satpam, tentunya dengan “imbalan seikhlasnya.” Entahlah ini beneran atau cerita-cerita mereka saja.

Ke Service Center – III

Baiklah. Akhirnya saya memutuskan untuk datang di hari kerja saja. Sore sekitar jam 3 saya sampai di situ. Di hari kerja mereka tutup sampai jam 7 malam. Saya ambil nomor antrian. Lalu bersabar menunggu. Saya lihat meja customer service dibagi menjadi 2 bagian, penyerahan dan pengambilan. Oh iya di sini tidak hanya melayani service ponsel saja, tapi laptop juga.

Yang membuat saya bingung, dari (kalau tidak salah 4 orang CS), seringkali hanya ada 1 orang yang kelihatan. Sisanya di dalam. Entah ngapain. Bisa sampai 1 jam kaya gitu. Sementara di luar antriannya membludak (sampai gak dapat kursi). Kadangkala saya lihat 2 dari antara mereka pergi keluar, entah mau kemana.

Giliran saya akhirnya dipanggil sekitar jam 5 lewat. Saya kasih ponsel saya. Dikasih tahu biaya gantinya (kalau gak salah) 750ribu. Saya dikasih kertas buktinya. Di situ ada nomor tracking. Nomor tracking ini untuk cek online di asus.com gimana statusnya, apakah sudah selesai diperbaiki dan bisa diambil atau belum. CS nya juga menambahkan, nanti kalau sudah selesai di service, pasti akan ditelpon untuk pengambilan.

Sekitar 2 minggu saya bolak-balik cek situsnya, sampai akhirnya statusnya sudah selesai dan bisa diambil. Tapi entah mengapa saya tidak ditelpon seperti janji CS nya.

Ke Service Center – IV

Akhirnya saya inisiatif datang sendiri. Di hari kerja juga, sekitar jam 5 sore. Sampai di sana pemandangan yang sama terjadi lagi. Antrian membludak, sampai pada berdiri di luar. Sementara CS yang kelihatan hampir selalu cuma 1 orang. Kadang-kadang 2 orang. Jarang sekali full.Kali ini nomor antrian sudah habis. Saya pikir ya sudahlah, siapa tahu nanti sebelum tutup jam 7 malam, semua nomor antrian sudah habis, jadi mereka masih mau melayani.

Pukul 7 semua antrian habis, tersisa tiga orang yang bernasib sama seperti saya, tidak kebagian nomor antrian. Saya inisiatif maju. Saya bilang mau ambil ponsel yang di-service. Karena cuma ngambil, harusnya sebentar masih bisa toh? Saya beralasan rumah saya jauh, susah ke STC Senayan. Akhirnya mereka mau.

Lalu mereka nanya “Sudah ditelpon untuk pengambilan?”.

“Belum,” saya bilang.

“Oh kalau gitu berarti belum selesai, Mas. Belum bisa diambil.”

“Loh, tapi saya cek online katanya sudah selesai dan bisa diambil?”

“Ohh gitu..” jawab si Mbak, lalu mengetik sesuatu di komputernya. “Sebentar ya, Mas” katanya. Lalu dia masuk ke dalam. Sekitar 5 menit kemudian si Mbak kembali dengan ponsel saya. Saya coba nyalakan, test layar, lancar jaya. Ok sip. Saya bayar, lalu pulang.

Ternyata layar ponsel saya memang sudah kembali normal. Tapi.., ternyata ada fungsi lain yang berjalan tidak normal. Ponsel saya susah sekali terkoneksi ke internet. Terkadang dapat sinyal 4G, habis itu hilang sama sekali. Bisa sampai 1 jam. Saya utak-atik setting ke 2G, 3G, sama saja. Harus direstart. Dan ini terjadi berulang kali sampai beberapa hari. Dan kalau pun internetnya sudah kembali normal, biasanya saya tidak bisa menerima telpon. Entah panggilannya tidak muncul di layar saya, atau saya tidak mendengar suara apa-apa. Awalnya saya kira sinyal Telkomsel yang lagi ngaco. Tetapi teman-teman saya pengguna Telkomsel lainnya yang seharian bersama saya tidak mengalami gangguan apa-apa.

Karena penasaran, saya bahkan akhirnya sampai mencoba menggunakan SIM Card saya ke ponsel beberapa teman saya yang juga menggunakan Asus Zenfone 2 yang persis seperti punya saya. Lancar jaya. Anehnya, SIM Card mereka di ponsel saya pun berjalan normal. Padahal sama-sama Halo Telkomsel.

Karena dugaannya SIM Card saya yang bermasalah, saya akhirnya sampai ke Grapari Telkomsel untuk minta ganti kartu. Tapi setelah berganti kartu ternyata masalahnya tidak hilang. Duh.

Ke Service Center – V

Saya sudah gak tahu lagi mesti gimana. Saya akhirnya ke service center Asus lagi. Menunggu dengan antrian yang membludak. Nah yang susah adalah menjelaskan ke CS gimana problem ini terjadi. Karena hilang sinyal ini tidak selalu terjadi. Kadang terjadi, kadang enggak. Untungnya sewaktu demo di CS, penyakitnya kumat. Saya minta mereka coba telpon dari telpon kantor. Percobaan pertama lancar (tidak terjadi masalah). Percobaan kedua, mereka mendengar nada sambung, tapi di ponsel saya tidak muncul apa-apa.

Seperti dugaan saya, mereka pasti menyalahkan sinyal. Untungnya, kebetulan saya membawa ponsel lama saya (Nexus 4). Saya pindahkan SIM Card saya ke Nexus, dan tidak ada masalah untuk internet maupun panggilan telpon. Berarti bukan sinyal toh? Akhirnya saya diarahkan untuk menemui teknisi mereka di sebuah ruangan.

Singkatnya di ruang teknisi, akhirnya mereka yakin ponsel saya yang bermasalah. Kenapa? Karena saya minta SIM Card saya dicoba ke Zenfone 2 lainnya yang mereka punya di situ. Dan benar, 2 ponsel Zenfone lainnya tidak ada masalah dengan SIM Card saya.

Ke Service Center – VI

Saya tadinya dijanjikan akan dihubungi jika ponsel saya sudah kembali normal. Tetapi saya tidak dihubungi kembali. Jadi saya inisiatif datang sendiri lagi minggu depannya, di hari Sabtu. Cuma kali ini tim teknisnya bilang tidak perlu nomor antrian, nanti langsung panggil dia saja.

Bertemu tim teknis, mereka bilang ponsel saya sudah diperbaiki. Saya test dan coba lagi, ternyata masih error. Si Mas nya bingung sendiri. Akhirnya ditawarin mau dibawa dulu apa ditinggal aja untuk di-service. Ya pasti saya minta di-service sajalah. Kali ini saya minta no telpon nya, jadi bisa nanya dulu sebelum buang waktu datang ke situ tapi gak bawa hasil apa-apa.

Ke Service Center – VII

Minggu berikutnya, setelah komunikasi via telpon, si Mas nya bilang kalau ponsel saya perlu ganti “motherboard”, jadi perlu nunggu barangnya datang dulu. Saya lupa nunggu berapa lama, pokoknya seminggu lebih lah. Saya telpon si Mas itu lagi, tapi gak pernah diangkat. Akhirnya saya datang langsung ke service center-nya. Dan akhirnya ponsel saya sudah normal kembali. Atau setidaknya saya kira begitu. Oh iya, saya gak perlu bayar apa-apa sih. Katanya ini bagian dari service Asus.

Sewaktu berjalan ke luar saya mendengar CS nya sedang menjelaskan ke salah satu pelanggan kalau mulai hari Senin minggu depannya akan ada sistem dan mesin antrian baru. Akhirnya yah.

Tidak Lagi ke Service Center

Skip ke 2016. Sekitar sebulan lalu ketika sedang berada di sebuah gedung tinggi, saya sering harus teriak-teriak untuk menjawab panggilan telpon. Saya kira itu karena saya sedang berada di gedung tinggi.

Belakangan beberapa teman saya bilang “Lo sombong amat deh, tiap ditelpon di-reject !” Padahal di log ponsel saya sama sekali tidak ada panggilan telpon dari mereka. Waah… penyakit lama Zenfone 2 saya kambuh lagi sepertinya.

Baiklah. Kali ini saya tidak mau ambil pusing. Cukup sudah saya bolak-balik ke Service Center Asus. Akhirnya saya langsung ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Saya masuk ke bagian “pasar ponsel”. Saya tawarkan ponsel saya ke beberapa tenant yang menerima jual beli ponsel bekas. Beberapa orang menolak. Ada yang bilang karena ada penyok sedikit di bawah, ada yang bilang karena sudah pernah kena air, ada yang bilang jualnya lagi susah. Saya sih sebenarnya sudah bodo amat, mau dibeli 1 juta pun saya rela aja. Karena saya kesal, entah sudah berapa call yang te-reject tanpa saya tahu gara-gara ponsel ini.

Akhirnya ada 1 tenant yang berminat. Saya bilang, kalau mau tahu gimana kondisi ponselnya, ya di-test sendiri saja, kan situ yang ahli ponsel. Si masnya test sana-sini, lalu bilang semuanya normal. (Fiuh.., untung gak lagi kumat ponselnya. Haha). Tawar menawar akhirnya jatuh di harga lebih dari 1 juta. Harusnya bisa lebih malah kalau saya bawa lengkap dengan kotak dan kwitansinya. Tapi ya sudahlah, ini juga masih lumayan, dalam hati saya. Dia sempat tanya, kenapa kok dijual? Saya bilang “Ya butuh duit, Mas. Apalagi..?” Gak bohong kan? Toh saya memang butuh duit tambahan buat beli ponsel baru. 😛

Ponsel Baru

Kelar transaksi, saya langsung melipir ke beberapa tenant lain di situ. Ketemu Xiaomi Redmi Note 3. Sebelumnya saya memang sudah baca review dan spesifikasinya. Lumayanlah. Yang jelas harganya jauh lebih murah daripada waktu membeli Zenfone 2 dulu, apalagi saya sudah ada modal hasil jual Asus tadi. Harga Redmi Note 3 di tenant ini lebih mahal sekitar 200ribu sih dibanding beli di Lazada atau Blibli. Tapi saya perlu ponsel secepatnya, ya sudah sikatlah.

Kenapa akhirnya pilih Xiaomi Redmi Note 3?

  • Karena Android (saya pernah pake iPhone, gak cocok buat saya. Terlalu dikekang, mo ngapa2in susah, butuh iTunes terus)
  • Karena harganya jauh lebih murah daripada harga beli Zenfone 2 saya dulu. Jadi saya gak perlu sakit hati jika nanti-nantinya ponsel ini berulah.
  • Layarnya 5.5″, dan spesifikasinya mirip Zenfone 2 itu.

Cuma.. Xiaomi yang ini, masih versi “distributor” -entah apa artinya itu. HIngga tulisan ini dibuat, importir kaya Erafone belum masukin produk ini ke Indonesia. Istilah mereka “belum official”.

Oh iya, Xiaomi Redmi Note 3 ini ada 2 macam, ada yang prosesornya Snapdragon, ada yang Mediatek. Tapi sepertinya yang beredar di Indonesia semua MediaTek. Saya juga tahunya setelah beli.

Btw, saya penasaran, dengan adanya mesin antrian di service center Asus itu, gimana jadinya sekarang ya? Masih membludak kah?

8 Comments

Add yours

  1. Pakai Asus itu gembira ria, sampai tiba saatnya dia rusak, dan bergantilah kegembiraan itu dgn kekesalan mendengar kata, “maaf pak, ini harus dibawa ke Jakarta dulu, kira-kira 3 minggu”, jadinya 5-6 minggu baru balik lagi. Ya sudah langsung aku jual.

  2. Haha, ya iyalah. Lah wong saya langsung di tempat aja berminggu-minggu.

  3. Kalo penasaran, coba main ke sana lagi…

    *nunggu postingan “8 Kali ke Service Center Asus, Mesin Antrian Akhirnya Dirilis”

  4. Dapet gelas cantik sekalian ya.

  5. Klo saya, begitu Oneplus saya jatuh ke ember, gantinya malah Infinix Note 2. Hemat batere, harga murah, nyemplung lagi gak bakalan nyesel banget. Hahaha…

  6. Sempat liat-liat sekilas juga sih Infinix Note 2 sama Meizu. Tapi lupa juga kenapa akhirnya memutuskan pilih Redmi Note 3.

  7. Asus zenfone2 di tangan baru sekitar 3 bulan dan 2 kali servis. Pemakaian baru seminggu, tiba2 mati total, harus ganti MB. Normal lagi, tp stlah 2bulanan mati2 terus kalo gak di charge,akhirnya saya bawa lagi lah k asus center, dan 12 April 2016 , mbak asus nya blg udab beres, eh beresnya cuma bertahan 3jam. Setelah 3 jam, mati. Saya coba nyalain lagi, 30 detik kemudian mati lagi. Saya coba charge, baru nyala tanpa mati2 lagi. Sedih saya.

  8. Ya ampuun. Sedih banget. Hahahaha. Toss dulu cuy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *