Category: Tak Penting

On Meetups

In the old days (younger me), I used to attend some meetups regularly. It’s becoming less and less as I get older.

Now that I see a lot of meetups still happening (by younger folks of course), it made me realize one thing. For me those meet up during my college time was a lot meaningful then meetups that I attend during my mid/early days in professional career.

Meaningful meaning converting to something significant. During my college year, it could be as simple as gaining significant knowledge, networking with key people that significantly impact my career journey, or simply getting a paid projects. This is on top of having a good time (joking around, go visit new places, enjoy new food).

During early days in my professional career, only some of them converted like this. Mostly it’s just pure networking (building a new networking or enhance current one), chilling and having a good time.

I still got some significant output (or you can call it conversion) through new networking. But majority of it is no longer from meetups, it’s from referral. Someone refer me to someone, and it’s converted to something significant.

Logically this is expected. As we grow older, have spouse, kids, we are basically having more responsibilities. Many times more responsibility align with more time needed. Hence it forces us to choose networking wisely. Optimizing it to more significant output rather than chilling and having a good time.

Orang-Orang Makin Sadis di Internet Walaupun dengan Identitas Asli

[Sumber: imgur.com]

Ini meme yang paling pas menggambarkan situasi bagaimana orang-orang berkomentar di internet sekarang.

Dulu orang-orang dengan identitas online (pseudonim) saja yang berkomentar sadis di internet. Maksud saya di sini komentar yang mem-bully orang lain, ujaran kebencian SARA, ataupun pernyataan jahat (misal: ngaku pengen membunuh orang lain). Kini orang-orang dengan identitas asli (di Facebook, Path, Twitter, Linkedin, dll) gampang saja berkomentar sadis di internet. Sebagian bahkan bangga.

Walaupun saya pernah baca yang terjadi di internet itu hanya mewakili tak sampai 5% yang ada di dunia nyata, tapi 5% dari 100 juta orang itu juga banyak sih.

Berorganisasi

[Ilustrasi: simpleinsomnia | flickr.com]

Awalnya ketemuan, atau reunian. Lalu bikin milis, atau Facebook group, atau kalau trend sekarang, bikin WhatsApp group. Setelah itu mulai ada ide “kita ketemuannya gimana kalau sebulan sekali, atau seminggu sekali, atau 4x setahun..”

Tak lama, muncul lah ide untuk mengumpulkan dana bersama, dana abadi, iuran anggota, sumbangan sukarela, atau apalah namanya. Gunanya paling simple biasanya buat bayar makan-makan pas ketemuan berikutnya. Terus nanti berkembang bisa dipakai juga untuk membantu anggota yang sedang mengalami musibah. Atau bisa juga untuk sekadar membeli kado jika ada anggota yang sedang bersukacita.

Karena sudah ada uang yang terkumpul, lalu mulai lah saling tunjuk (atau saling usul) siapa yang jadi PIC (Person in Charge). Belakangan.., mulai serius. Usul ada pemilihan ketua.

Karena sudah ada ketua, yang paling umum, nanti ada wakil ketua (karena siapa tahu nanti ketua berhalangan, atau bisa jadi penengah kalau ketua berbeda pendapat dengan anggota). Lalu didefinisikanlah tugas ketua, biar gak tumpeng tindih dengan wakil ketua. Mulai berat nih.

Karena jobdesc ketua dan wakil sudah jelas, usul lagi ada bendahara. Kemungkinan bendahara nya bakal bilang “Gue mau ngumpulin duit doang ya, tapi administrasi gitu-gitu males ah..”. Lalu ada lagi yang ditunjuk jadi sekretaris.

Karena sudah ada ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris, plus.. uang yang beredar, lama-lama keluar ide agar perkumpulan ini diresmikan. Dibuatlah AD/ART.

Lalu klimaksnya tiba.

Suatu hari, uang digunakan untuk suatu hal yang menurut ketua perlu. Misal untuk aktifitas sosial, tapi disalurkan via kelompok tertentu. Ada anggota yang tidak setuju. Cuma, karena tidak besar, ya sudah dibiarkan saja.

Di hari lain, ada anggota yang mengusulkan agar dana yang terkumpul sebaiknya di-investasikan agar bisa menghasilkan tambahan dengan sendirinya. Jadi kalau nanti kumpul-kumpul, gak perlu tambahan dana. Plus, kelebihannya bisa diberikan untuk beasiswa untuk anggota, atau keluarga anggota perkumpulan. Sebagian setuju, sebagian tidak, sebagian setuju dengan syarat tertentu.

Sekali-dua kali ada beberapa pengeluaran yang tidak dilaporkan. Misal, sekadar untuk rapat ketua dan pengurus inti. Kecil nilainya. Jadi tidak ada masalah. Awalnya begitu.

Ada suatu masa, salah satu anggota mengusulkan untuk memasukkan satu orang lain. Tapi terjadi perdebatan, apakah orang itu boleh masuk grup ini atau tidak, karena satu dan lain hal. Lalu muncul lagi perdebatan, definisi anggota harus ditetapkan di AD/ART.

Sempat juga ada saja anggota grup yang sering memanfaatkan grup ini untuk ajang promosi bisnisnya. Ada juga yang lain mencoba membawa-bawa nama grup ini di aktifitasnya yang lain. Beberapa risih dengan ini. Ada yang ngomong langsung, ada yang ngomong di belakang.

Terjadi komunikasi yang membuat salah paham di grup. Entah karena ada bercandaan yang kelewatan, ada yang salah paham ucapan yang lain, ada yang suka forward tulisan-tulisan hoax provokasi, ada yang menyindir-nyindir kelompok tertentu (walaupun tahu ada anggota grup ini yang juga berafiliasi dengan kelompok itu), atau ada juga yang sekadar beda pendapat tapi terlalu serius, terutama ketika masa pemilu, atau pilkada.

Cepat atau lambat, ada satu dua orang mulai bergunjing di luar grup. Makin lama makin bertambah. Hingga suatu hari yang digunjingkan pun mendengar kabar ini, dan tidak terima.

Grup makin panas. Sebagian tidak lagi mau menyetorkan uangnya ke grup ini. Sebagian lagi sibuk mempertanyakan kemana saja uang yang pernah dikeluarkan. Puncaknya, pemilihan (atau mungkin dipaksa mencari) ketua baru. Dituntut ada program kerja, ada LPJ (Laporan Pertanggungjawaban), dsb. Lalu saling tuduh, saling menarik anggota lain agar sependapat dengannya.

Akhirnya berujung perseteruan. Ada yang tidak saling sapa, ada yang unfriend di socmed, ada yang memutuskan hubungan bisnis, dsb. Dan tidak jarang akhirnya berujung pada kumpulan atau grup tandingan.

Dan rusaklah sudah grup ini. Grup yang katanya didirikan dengan niat awal untuk ajang silaturahmi, ajang membangun persaudaraan.

Grup atau perkumpulan ini bisa dari kelompok apa saja. Entah kumpulan reunian teman SD, teman-teman satu kampung, saudara satu buyut, saudara satu marga, sesama pecinta angklung, rekan kerja satu departemen di perusahaan, sesama pecinta distro Linux tertentu, rekan sesama volunteer di suatu acara, dll.

Familiar?

Kumpul-kumpul menjalin silaturahmi itu bagus, tapi ketika bertransformasi menjadi organisasi resmi, pastikan siap dengan konsekuensinya.

Tembakan Tengah Malam di Perempatan Bulungan

[Ilustrasi Foto: says.com]

 

Saya kurang tahu nama persisnya apa. Pokoknya itulah, lampu merah perempatan PLN Bulungan.

Kejadiannya sudah lama, setahun atau dua tahun lalu. Waktu itu tengah malam, sekitar pukul 00.30. Saya naik taksi Bluebird, dalam perjalanan pulang. Datang dari arah Trunojoyo (Mabes POLRI). Kami berhenti di perempatan karena warna lampu sedang merah, dan tentunya karena ada pak polisi yang berjaga.

Di depan kami beberapa motor berhenti dengan tertib. Di sisi kanan depan saya sebuah GrandMax putih juga berhenti dengan tertib.

Tiba-tiba dari sisi kanan saya muncul Honda Jazz berwarna perak keabuan. Dua orang keluar dari sisi kanan dan kiri mobil. Tampilannya lusuh sekali. Pria yang keluar dari pintu kiri menggunakan semacam jaket, rambut kucal, dalemannya kaos, bawahannya celana panjang seperti celana gunung, dan tanpa alas kaki. Seperti sudah 3 hari tidak mandi. Pria yang keluar dari pintu kanan tidak terlihat jelas. Yang jelas tidak kalah lusuhnya. Tetapi saya bisa melihat jelas kedua pria ini masing-masing menenteng sebuah benda. Pistol jenis revolver. Read More

Jurnalis Media Teknologi

Saya membaca sebuah tulisan tentang teknologi digital di salah satu media sangat terkemuka di Indonesia. Penulisnya seorang jurnalis wanita. Betul, jurnalis, bukan sekadar blogger.

Saya penasaran dengan tulisan-tulisannya yang lain. Googling namanya. Hasil pencarian pertama yang keluar adalah tulisan terakhir di blognya.

Isinya tentang bagaimana malam itu dia sedang bosan sekali. Lalu mengajak seorang pria untuk mabuk, dan bangun di samping pria itu esok paginya. Pria itu bangun, lalu pergi begitu saja. Ini membuat harinya semakin kusut, hingga berakhir duduk manyun di sebuah mall, dan menuliskan cerita ini di blognya.

Hasil pencarian berikutnya. Sebuah blog lain, milik ibunya. Tentang ulang tahun si jurnalis. Lengkap dengan cerita hidupnya dari kecil hingga besar. Bonus foto-fotonya sewaktu bayi maupun ketika sudah dewasa. Dilengkapi juga foto sang ibu dan saudara serta teman-temannya

Jurnalis media teknologi.

Mungkin Blibli.com Lelah

Jadi, beberapa waktu lalu saya melihat harga tablet Nexus 7 32GB LTE di Lazada jauh di bawah harga rata-rata, 2,7jt. Normalnya sekitar 3,7juta. Saya jadi penasaran di Blibli.com kira-kira harganya berapa. Saya googling dengan kata kunci “nexus 7 blibli”. Keluar iklan dari Blibli di halaman hasil pencarian. Seperti ini isinya :

Wah.., jangan-jangan harga Nexus 7 emang lagi jatuh, pikir saya. Dan setelah linknya dibuka, yang keluar hanya halaman seperti ini:

Ah, sudahlah. Mungkin blibli.com sedang lelah.

Yang di Lazada? Besoknya saya cek lagi, harganya sudah kembali normal, 3,7 juta. Entahlah, apa adminnya salah input, atau waktu saya lihat itu lagi flash-sale.

Rekap Minggu I September

Jadi ini rekap dari apa yang saya cerna seminggu (err.., mungkin 2 minggu terakhir)

  • Android terbaru pakai nama KitKat. Dan ini sepertinya resmi kerjasama dengan coklat KitKat. Lihat saja KitKat.com
  • Nokia dibeli Microsoft. Tidak semua unit bisnis sih, kalau gak salah yang bagian henpon – henpon saja. Sementara itu BlackBerry makin enggak jelas nasibnya.
  • Sprindik untuk Jero Wacik (menteri ESDM) kabarnya bocor. Ini lanjutan dari kasus ketua SKK Migas (Rubi R.) yang ditangkap KPK kemarin.
  • Presiden baru Iran mengucapkan selamat untuk "semacam" perayaan tahun baru bagi warga Yahudi. Ini bertolak belakang dengan sikap presiden Iran sebelumnya.
  • Di Iran ternyata ada 10.000-an warga Yahudi. Mereka punya sinagoga di sana (tempat ibadah warga Yahudi), dan bisa beribadah bebas.
  • Arab resmi mendukung pemerintah Mesir yang sekarang berkuasa (yang menggulingkan Mursi), bahkan memberikan bantuan.
  • Pemerintah Amerika lagi ribut, mau memutuskan jadi mengirim tentara ke Suriah atau enggak.
  • Proyek Ubuntu Edge (henpon yang sekaligus bisa jadi PC) resmi gagal. Dana yang dikumpulkan tidak memenuhi target.
  • Setelah Jerman memutuskan penutupan PLTN mereka, ternyata pembangkit listrik tenga surya dan tenaga angin milik Jerman cuma bisa menghasilkan 17% dari kapasitas yang dijanjikan. Jadinya mereka menyalakan kembali beberapa pembangkit listrik tenaga batubaranya. Singkatnya program pengurangan emisi karbon Jerman untuk saat ini gagal.
  • Djoko Susilo (Jendral dari POLRI) yang tersangkut kasus simulator SIM, akhirnya divonis 10 tahun penjara + denda 500 juta rupiah + penyitaan asetnya yang nilainya ratusan miliar.
  • Judika menikah dengan Duma Riris, acara adatnya di Balige, Sumatera Utara. Ini jadi momen spektakuler sepertinya di kalangan warga Batak.
  • Di kasus sapi – sapi itu, kata Ridwan (anak petinggi PKS), Sengman terima duit juga. Gosipnya duitnya itu mengalir juga ke RI 1, karena Sengman ini ada pendonor dana beliau.
  • IHSG masih meluncur bebas. Salah satu sebabnya, nilai tukar Rupiah yang makin melemah terhadap Dollar.
  • Lion Air delay massal. Penumpang ngamuk – ngamuk dimana – mana. Eh.., ini sih bukan berita lagi sih ya.
  • Hoax di Twitter beredar, provokasi supporter klub sepakbola dari Solo vs supporter PSS Sleman. Cuma hoax, gak ada yang meninggal dan diperkosa.
  • Zaskia Gotik membatalkan pertunangannya dengan .. tunangannya itu. *Jangan salahkan saya, kemana saja saya bergeser berita ini terselip.

Gaharnya Fans JKT48

Belakangan ini jika saya ke FX (itu yang di Sudirman, deket Gelora Bung Karno), seringkali saya melihat kerumunan massa yang begitu besar. Sebagian besar memang anak muda, dan (sepenglihatan saya) sebagian besar laki – laki. Belakangan saya tahu mereka ini fans grup idol yang lagi naik daun, JKT48.

Yang bikin saya cukup kaget adalah, terlepas dari image JKT48 yang sangat “girly”, penampilan fans – fans cowoknya malah sebagian lebih gahar daripada fans musik metal. Dan sepertinya juga lebih fanatik malah. Mungkin karikatur berikut mendeskripsikannya lebih baik.

dt-jkt48

*seumur hidup, ini baru percobaan kedua saya membuat karikatur. Jadi harap maklum ya.

Betapa Galaunya Negri Ini

image

image

Blogception

Ini cukup mengganggu. Beberapa kali membuat blog post di email client, untuk di post ketika ada waktu luang. Tapi yang terjadi, setiap membuat tulisan baru, malah kepikiran ide untuk membuat tulisan baru lainnya. Ya kaya tulisan yang anda baca ini. Tadinya saya lagi nulis tentang budget development website, di tengah – tengah akhirnya bikin tulisan baru “Musik Bajakan vs Software Bajakan”, dan akhirnya malah kepikiran buat nulis ini. Dan tulisan tadi itu menggantung di tengah.

Ya, eniwei, selamat tahun baru. Padahal ceritanya cuma pengen posting perdana di 2013 aja gitu.

Sebelas Sebelas Sebelas

Diposting tepat pukul 11.11 tanggal 11/11/’11.  #abaikan

Btw, blog ini sudah berusia 7 tahun ternyata.. #abaikanlagi

Auto Completion “Kenapa …” di Google

😀