Tag: media

TechCrunch diakusisi AOL

Anda – anda yang sering memperhatikan dunia bisnis online pasti tak asing dengan TechCrunch. Sebagai sebuah blog, TC ini terkenal dengan independensinya. Berita baik ataupun buruk dari seputar Sillicon Valley, masuk disitu. Termasuk gosip – gosip hangat di antara orang – orang dibelakang nama – nama besar sekelas Google, Facebook, Twitter, MySpace, Yahoo, dll.

Nah, 2 jam lalu TechCrunch mengumumkan bahwa mereka sekarang diakuisisi oleh AOL. Cukup mengagetkan buat saya. Karena setelah ini sepertinya independensinya jadi berkurang (setidaknya menurut saya).

Pendiri blog ini adalah Michael Arrington, terkenal juga sebagai sosok yang kontroversial.

Link terkait :

TechCrunch di mata eks-karyawannya : http://www.readwriteweb.com/archives/what_the_techcrunch_deal_means_to_me.php

Michael Arrington di Inc.com : http://www.inc.com/magazine/20101001/the-way-i-work-michael-arrington-techcrunch.html

Strategi Mengalahkan Detikcom?

DetikComSaya pernah menulis tentang Mengapa tidak (belum) ada media online yang mengalahkan Detik, dan tulisan ini disambung oleh Pak Nukman. Dengan begitu topik ini dibahas oleh orang luar Detikcom, dan mantan orang Detikcom. Tapi rasanya masih ada yang kurang. Bukankah lebih seru kalau orang dalam Detikcom juga ikut berpendapat 😀 ?

Dan ternyata, bung Donny BU justru menuliskan resepnya dalam blognya. Jadi lengkap sudah yang membahas topik ini, orang luar Detikcom, mantan orang Detikcom, dan orang Detikcom sendiri (yang juga pernah menjadi mantan orang Detikcom).

Ada yang mau “membeli resep” bung Donny BU?

Lowongan Desainer Web Suara Merdeka Cyber News

Satu lagi Media Online yang diseriuskan (setelah Kompas) : SuaraMerdeka.com. Sekarang website SuaraMerdeka dengan nama Suara Merdeka Cyber News digarap lebih serius. Walaupun entah mengapa saya masih melihat nuansa Detikcom pada situs ini (?).

Tentunya mereka tidak berhenti sampai disitu, tapi masih terus berkembang. Karena itu kalau anda tertarik untuk bergabung bersama mereka untuk mengembangkan portal ini, silahkan simak lowongan dari Suara Merdeka Cyber News ini : Read More

Lowongan Web Content Editor National Geographic Indonesia

Sebenarnya saya senang dengan lowongan ini (walaupun tidak ikutan apply). Karena dari dulu saya sering lihat lowongan Web Content Editor di luar negri. Tetapi tidak di Indonesia. Paling – paling yang saya temukan lowongan untuk Web Portal Manager (waktu itu dari Astra). Jadi dengan makin banyaknya portal baru di Indonesia, saya harap lowongan di bidang web pun semakin variatif. *walaupun lowongan berikut ini juga bukan dari portal Indonesia.

Silahkan baca keterangan lowongan kerja dari National Geographic Indonesia ini : Read More

Imediabiz.tv – Nonton TV dari Internet

Imediabiz.tvBanyak yang ngaku – ngaku nyediakan layanan nonton TV dari internet. Padahal sebenarnya hanya cuplikan video saja. Tapi kalo yang ini saya coba sendiri, dan ternyata bukan. Secara default Imediabiz.tv menampilkan siaran dari Trans TV (kenapa gak Metro, TPI, atau yang lain ya?). Walaupun kita tetap bisa memilih siaran televisi yang kita inginkan.

Sejauh yang saya lihat sih ini beneran siaran TV. Waktu saya coba pertama kali, sekitar pukul 16.06, acara yang ditampilkan adalah Harmoni (TransTV). Dan setelah cek di situsnya TransTV, memang pukul 16.00 adalah acara Harmoni. Jadi sepertinya ini memang benar – benar Live Streaming.

Mungkin ada beberapa yang bertanya ngapain bikin siaran TV lewat internet? Tapi kalau anda bekerja di suatu instansi yang terkoneksi internet dengan kecepatan “lumayan”, tetapi tidak ada TV, bagaimana anda mau mencuri – curi nonton sinetron “Cinta Fitri”? atau nonton acara dangdut di TVRI? atau setidaknya untuk sekedar lihat acara sayat – sayatan.. (Silet nya RCTI maksudnya).

Tapi fasilitas ini baru kepake kalau koneksi internet anda cukup mumpuni. Kalau cuma se-“encrit” aja.., ya mending ngencrit nonton di pos satpam aja deh. 😀

Meninggalnya Soeharto, Hidupnya Media Berita Online

Mantan presiden RI ke-2, Soeharto telah meninggal dunia. Seluruh media ramai memberitakannya. Mulai dari media radio, televisi, cetak, dan tentunya media online tidak ketinggalan.

Saya tidak ingin membahas polemik seputar kematian Soeharto. Yang menjadi perhatian saya adalah media yang memberitakannya. Mulai dari kabar meninggalnya Soeharto di RSPP 27 Januari lalu, sekitar pukul 13.00, bisa dikatakan tidak ada siaran lain di seluruh stasiun televisi. Seluruh stasiun televisi memberitakan setiap detik momen – momen yang terjadi seputar kematian Soeharto. Praktis, masyarakat Indonesia tidak punya pilihan lain selain melihat berita ini. Bahkan hari ini (28 Januari), mulai dari pukul 07.00 (bahkan mungkin dari sebelumnya), hampir sama sekali tidak ada siaran lain di televisi selain detik – detik menjelang pemakaman Soeharto tersebut.

Lalu, apakah selama dua hari ini (27-28 Januari), tidak ada kejadian penting lainnya di Indonesia maupun dunia? Tentu saja ada. Lalu bagaimana dengan masyarakat yang ingin mendapatkan informasi terbaru lainnya? (Selain informasi seputar wafatnya Soeharto). Media berita online jawabannya. Walaupun berita utama di Detikcom, Kompas.com, OkeZone, dll masih seputar wafatnya Soeharto, tetapi media – media online ini memiliki kanal – kanal (channel). Dan kanal ini masih tetap aktif memberikan informasi. Misal saja : techno.okezone.com, detikinet.com.

Interaksi

Media berita online memang memiliki beberapa keterbatasan di banding media televisi, diantaranya adalah visualisasi (audio maupun video) secara realtime, jangkauannya yang untuk saat ini masih terbatas di Indonesia. Tetapi media berita online juga memiliki kelebihan yang luar biasa : Interaksi. Di media televisi, anda tidak bisa memilih mana yang ingin anda tonton (tidak bisa berinteraksi). Pilihannya hanyalah ganti channel, atau matikan televisi. Sedangkan di media online tidak demikian. Kalau anda tidak suka berita di headline, anda bisa masuk ke kanal – kanal yang tersedia. Seperti yang kita alami dua hari ini, ketika semua televisi memberitakan (hampir non-stop) kematian Soeharto, para pelaku bisnis tetap bisa mengikuti berita tentang bisnis di Bisnis.com, para pelaku IT bisa tetap mendapatkan informasi dari Detikinet.com, dst. Memang media televisi menyajikan alternatif berita lain melalui fasilitas Newsticker (teks berjalan di bagian bawah layar televisi). Tetapi informasi yang bisa diberikan disini pun sangat terbatas.

Jadi kalau anda (mungkin termasuk saya) ingin bergerak di media online, ini adalah salah satu nilai lebih dari media online. Masih banyak nilai lebih lain yang bisa digali, apalagi dihubungkan dengan kata kunci utamanya : interaksi.

OkeZone.com – Redesign

OkeZone.comMelanjutkan postingan sebelumnya (tentang redesign situs Kompas.com). Ternyata OkeZone.com juga sudah meredesign situsnya (argh… saya baru tahu). Padahal di tulisan saya sebelumnya tersebut saya sempat menuliskan bahwa OkeZone.com masuk dalam desain yang belum sekelas media berita online luar negri.

Sama seperti Kompas.com, OkeZone.com pun memiliki tipikal desain yang tak jauh beda dengan situs – situs luar yang saya jadikan perbandingan di tulisan sebelum ini. Sepertinya memang desain seperti ini menjadi standar desain media berita online. Dan sampai kapankah Detikcom bertahan dengan desainnya yang sekarang ini? Ia memang memberikan website dengan desain yang lebih bersih dan rapi, tetapi untuk mengaksesnya anda harus berlangganan. Bukan masalah biaya yang saya tekankan, tetapi kalau media berita online lainnya memberikannya secara gratis, mengapa harus bayar?

Satu hal lagi yang saya suka dari OkeZone adalah setting kanal (channel) nya. Memang dari awal saya tahu untuk setiap kanal ada subdomainnya. Misal, kanal Techno (techno.okezone.com), kanal Economy (economy.okezone.com), dst. Tetapi dulu subdomain tersebut hanya merupakan redirect ke dalam OkeZone.com sendiri. Jadi halaman yang anda tuju tidak benar – benar berada pada subdomain tersebut.

Lain halnya dengan sekarang. Tiap subdomain dari kanal – kanal OkeZone, memang berada pada subdomain tersebut (dari sisi user). Memang di sisi server sendiri belum tentu isi dari tiap kanal (subdomain) berada pada masing – masing web folder dari subdomain. Hal ini umum dan cukup mudah dilakukan dengan CMS Drupal. Tetapi berhubung OkeZone.com (dulu) menggunakan Joomla , saya sendiri tidak tahu bagaimana teknik yang mereka gunakan. (update : Sepertinya OkeZone.com tidak menggunakan Joomla lagi sekarang, tetapi membangun sendiri, dengan basis Framework CodeIgniter).

Tidak sampai disitu saja, sekarang OkeZone sudah Search Engine Friendly (SEF). Jadi sepertinya bakal lebih mudah di index oleh search engine. Suatu hal yang (ternyata) belum diterapkan oleh Kompas.com. Kita lihat saja nanti, sepertinya Kompas.com juga tidak mau ketinggalan. Apalagi statusnya sekarang masih Beta.

Kompas.com dan OkeZone.com semakin memperbaiki diri untuk bersaing di dunia media berita online. Tetapi bagaimana dengan “raja”-nya media berita online Indonesia saat ini? Saya yakin mereka juga berbenah, tetapi bukan di sisi yang bisa dilihat langsung oleh user. Kita lihat saya bagaimana persaingan ini akan berlangsung.

Note : Artikel ini sudah 3 kali diupdate, menyesuaikan dengan beberapa informasi yang dicross-check.

Kompas.com Beta – Redesign Situs Kompas Mengikuti Standar Media Online Luar

Saya tidak tahu sudah berapa lama Kompas.com merubah desain situsnya. Tetapi saya baru melihatnya tadi malam. Suatu hal yang saya nilai layak dipuji. Di saat media – media berita online lainnya menjadikan Detikcom sebagai acuan (meniru?), Kompas melakukan terobosan baru. Saya sudah lama mengidamkan (karena tak sanggup untuk membuat) untuk melihat ada portal media berita online di Indonesia yang memiliki kualitas desain setara desain web media berita online luar.

Memang seperti apa sih desain standar media berita online luar negri? Silahkan kunjungi situs berikut : The Onion, CNN, Reuters, BusinessWeek, Guardian, dll. Tidakkah anda lihat persamaan model desainnya? Dan di Indonesia, setahu saya baru Kompas.com yang memakai desain seperti ini. Salut buat tim Kompas.com.

Mau perbandingan media berita online Indonesia? Detikcom, Inilah, Kedaulatan Rakyat, Republika, MetroTVNews, Suara Pembaruan, dll. Sangat jauh saya rasa kualitas desainnya.

Saat tulisan ini dibuat Kompas.com sendiri masih berstatus Beta. Jadi seharusnya mereka bisa lebih lagi.

Yang jadi pertanyaan saya, apakah ini yang disebut – sebut mega portal nya Kompas?

Innchannels.com Akhirnya Memperbaiki Diri, Berganti Jadi Inilah.com

Inilah.comSaya sempat menulis tentang Innchannels.com. Sebuah portal berita baru di tahun 2007. Selain itu saya juga memberikan 3 “kritik penting” dari saya. Kemudian beberapa saat lalu seseorang dengan nick “crackerzjack” menuliskan komentar bahwa sekarang Innchannels.com sudah berganti menjadi Inilah.com.

“Wow..”, itu kesan saya pertama kali ketika mengetahui hal tersebut. Akhirnya saya mengunjungi kembali situs tersebut, yang kini beralamat di Inilah.com. Dan 3 kritik saya tadi sudah diperbaiki :

1. Domain berganti menjadi lebih Indonesia (inilah.com), lebih muda dieja. Walaupun menurut pendapat saya pribadi “kurang elit”. Tapi ini jauh lebih baik daripada sebelumnya.

2. Logo : Nah begini jauh lebih baik. Jadi diri sendiri, tak usah “berkiblat” ke media luar negri.

3. About Us : Akhirnya sudah diisi juga. Saya sangat puas dengan ini. Dari poin no 1 dan 2, hal ini yang paling saya kritisi. Orang lain (baik pembaca maupun pengiklan) perlu tahu siapa yang berada di belakang media ini. Selain itu jika ada yang ingin memberikan masukan (seperti saya kemarin) tahu kemana harus disampaikan. Sekarang, hal ini sudah benar – benar diperbaiki. Disini juga akhirnya saya tahu bahwa pemimpinnya adalah Gigin Praginanto (kalau tidak salah beliau Alumni Antropologi UI 1976)

Tetapi terlepas dari itu, saya masih memiliki dua kritik kecil (yang tidak begitu penting tetapi tetap perlu) :

1. Favicon (kalau di Firefox berupa icon di kolom URL) -nya masih menggunakan logo lama : INN

2. Alamat kontak masih menggunakan domain lama : redaksi@innchannels.com (tidakkah seharusnya redaksi@inilah.com)?

Salut buat Inilah.com. Semoga menjadi media online yang sukses… !

Persaingan TV Lokal dan TV Nasional

Masih soal TV Lokal yang saya tulis pada tulisan sebelumnya. Ternyata perkiraan saya tidak salah. Dan lebih jauh lagi, hal ini sudah membuat geram TV Lokal. Bayangkan, Nusa TV harus antri dari tahun 2003 sampai sekarang untuk mendapatkan kanal (channel) mana yang boleh dia gunakan untuk siaran. Tetapi hingga sekarang belum didapatkan. Sementara TV Nasional harusnya sudah berubah format menjadi TV berjaringan (sesuai UU yang baru).

Sementara stasiun TV lokal masih bingung bagaiman ia bisa mendapat jatah kanal untuk siaran, TV Nasional justru membuat jaringan TV Lokal.

Tulisan terkait bisa dibaca di situs Kompas ini.

Innchannels.com – Portal Berita Baru di Tahun 2007

Innchannels.comDapet dari blognya Pak Nuk, ternyata tahun 2007 lalu ada Portal Berita baru. Tapi formatnya sepertinya bukan breaking news, tapi berupa berita feature. Portal ini beralamat di Innchannels.com. Beberapa hal yang jadi perhatian sederhana saya :

  • Domain. Kok domainnya ribet. Coba saja anda beritahu alamat web ini pada rekan anda. Sebagian besar orang yang saya temui ketika memberi tahu alamat portal ini pasti bertanya, ” Hah? INCANEL? Gimana nulisnya?”. Bandingkan kalo saya mengatakan ke orang lain Kompas.com, Detik.com. Jarang disusul dengan pertanyaan seperti tadi. Dan saya pun tidak perlu memberi tahu ejaan sebuah kata.-
  • Logo. Kenapa logonya mirip dengan CNN yah? Terinpirasi atau ..?
  • Siapa Mereka? Anda ingin tahu? Coba saja buka halaman About Us nya. Dan apa isinya? KOSONG. Sebuah website portal yang profesional dengan konten yang bagus. Tetapi tidak sempat mengisi halaman About Us nya. Aneh..

Tetapi terlepas dari itu, saya puas dengan desain dan isi dari situs ini. Walaupun sedikit masih terinfluence Detikcom. Baik dari penempatan iklan, dan penempatan tulisan. Tetapi setidaknya tidak dibombardir oleh iklan di seluruh halamannya.

Indosiar Lokal Jogja vs Jogja TV, Bukti Potensi TV Lokal

IndosiarKalau di TVRI ada yang namanya TVRI Lokal, seperti TVRI Jambi, TVRI Jogja, dll. Nah kali ini nampaknya Indosiar mencium peluang bisnis yang bagus dengan model siaran seperti ini.

Beberapa waktu lalu saat nonton film di Indosiar, tiba – tiba muncul newsticker (teks berjalan di bagian bawah layar TV). Tulisannya berbunyi kurang lebih : “Sesaat lagi saluran ini akan berpindah ke saluran lokal”. Aku dan temenku awalnya tidak mengerti maksudnya apa.

Tadi pagi setelah berkeliling – keliling Jogja melihat sisa – sisa perayaan Tahun Baru, aku menghidupkan TV tunner untuk melihat berita. Saat itu aku membuka saluran Indosiar. Aku bingung kok seluruh berita dan acara – acaranya seputar Jogja saja. Dan di bawah logo Indosiar pun tertera teks Yogyakarta. Ternyata ini adalah saluran Indosiar lokal Yogyakarta. Wow.. suatu hal yang baru nih.

Secara umum bentuk desainnya terkesan masih copy paste dari Indosiar nasional (ya jelaslah.., memang sama – samaIndosiar kok). Tetapi untuk kualitas acara, aku rasa masih kalah dengan Jogja TV. Masih “kurang Jogja”.

Saya tidak tahu apakah RCTI, Trans Corp, ANTV, dll membuka saluran lokal juga di daerah lain. Tetapi yang jelas ini membuktikan bahwa potensi TV lokal sangat besar. Kebetulan kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemain lokal, maka TV Nasional yang mengisinya. Saya katakan tidak dimanfaatkan dengan baik, dengan melihat Tugu TV yang akhirnya tutup, kemudian RBTV yang kualitasnya tidak pernah membaik. Untungnya masih ada Jogja TV yang saya nilai perkembangannya cukup baik. Bahkan beberapa acaranya sudah melekat di benak warga Jogja.

Kalau stasiun TV Lokal tidak segera berbenah.., bukan tidak mungkin mereka akan mati dengan sendirinya. Di Jogja sendiri sedang ada persiapan statsiun TV Lokal baru, bernama Malioboro TV. Di Jambi pun saat ini sedang dipersiapkan Jambi TV.