Beberapa waktu lalu beberapa teman kampus yang sudah bekerja di Jakarta berkunjung ke Jogja. Kami yang masih tersisa di Jogja pun dengan senang hati menyambut mereka. Di sela – sela obrolan kami, seorang teman bertanya kepada saya, kurang lebih begini ” Eh iya Ban.. Kamu gimana? Sekarang rencananya mau ngapain. Mau nerusin sekolah, kerja, atau jangan – jangan mau bikin usaha sendiri ?”. Saya jawab pendek (sebenarnya karena tidak tahu mau menjawab apa), ” Gini – gini aja dulu.. Menikmati jadi orang bebas..” (sambil nyengir kecut).
Seandainya teman saya itu punya waktu banyak, saya akan menjelaskannya dengan analogi seperti ini :
Saat ini saya sedang sangat ingin berenang. Memang saya tidak jago berenang, tapi saya tahu sedikit – sedikit tentang teknik berenang. Saya ingin berenang di kolam renang elit, di pulau sebelah. Tapi untuk bisa berenang disana, harus punya kemampuan teknik berenang yang tinggi. Saya cukup sadar diri untuk tidak membeli tiket di kolam renang itu.
Tapi sementara itu, ada beberapa kolam renang yang gratis. Mereka menawarkan kepada saya untuk mencoba kolam renang mereka. Saya tidak tahu dalamnya seperti apa, tetapi saya rasa saya kurang tertarik berenang disitu. Di lain tempat, ada juga kolam renang yang sedang ramai. Pengunjungnya banyak, dari mulai anak – anak sampai orang tua. Kolam renangnya airnya bersih, tempat nongkrongnya asyik, dan ada bonus untuk yang jadi member club. Sungguh saya sangat tertarik berenang disitu.
Namun, sekarang saya masih berada di kolam lain. Kolam yang pada awalnya cuma saya jadikan latihan berenang saya. Mulai dari gaya kupu – kupu, kura – kura, naga, bekicot, sampe gaya kepompong :D. Tapi di kolam ini saya menemukan teman – teman berenang yang juga asyik – asyik. Selain itu, kolam satu ini juga sepertinya nantinya bakal ramai dikunjungi orang. Walaupun masih jauh jalan kesana.
Layaknya persoalan istri, saya aliran monogami. Jadi kalau saya mau mencoba kolam lain, saya harus meninggalkan kolam saya sekarang. Saya tidak mungkin berenang di dua tempat sekaligus kan? Dan saya tidak bisa pindah kolam kalau saya belum selesai berenang di kolam saya sekarang.
Sementara itu, saya dapat informasi baru tentang kolam renang elit di pulau sebelah tadi. Memang setiap pengunjung kolam renang elit itu diharuskan punya teknik renang yang tinggi. Tapi mereka juga memberikan kesempatan jadi member, dan gratis. Kalau sudah jadi member, nanti mereka memberikan latihan teknik renang tingkat tinggi. Walaupun setelah selesai latihan dipersilahkan untuk berenang di kolam lain, setidaknya saya dapat belajar teknik renang yang bagus disitu. Cuma, kesempatannya terbatas. Dan saya pun mencoba mengajukan diri jadi member club disitu.
Sambil tetap berenang di kolam yang sekarang, sesekali saya melihat ke luar gedung. Di seberang jalan ada tanah kosong yang sedang dibongkar. “Sepertinya mau dibikin kolam renang juga nih. Hmm.. coba gak ya?”
Kesimpulan : Saya sedang berenang di kolam kecil. Kolam sebelah yang lebih rame dan gede, menawarkan jadi club member. Kolam renang di seberang pulau mau memberikan pelatihan teknik renang. Dan saya malah memperhatikan tanah kosong di seberang, yang “sepertinya” mau dijadikan kolam renang. 🙁
Bingung? Dia ngerti kok. 🙂
Leave a Reply