Linuxer yang Kecewa

Mereka yang *terjerumus* ke dunia Linux punya alasan yang berbeda – beda. Ada yang karena tertarik saja, terpaksa (seperti saya), ingin terlihat cool (jendela hitam itu keren po??), penasaran, cuma pengen coba – coba, dan masih ada banyak alasan tak masuk akal lainnya.

Sebagian dari mereka ini akhirnya menjadi pengguna Linux yang militan. Begitu semangat mempromosikan Linux. Bahkan dengan begitu semangatnya membuat flyer tentang bodohnya *kita* selama ini memakai software bajakan, apa akibatnya, penegasan ancaman penjara dari UU Haki, sampai masalah masuk neraka. Silahkan tertawa, tapi saya pribadi pernah melakukannya sendirian di kampus waktu di semester 2.

Ketika sudah jadi Linuxer-militan ini, seringkali fanatisme akan Linux menjadi begitu *parah*. Mereka yang menggunakan software bajakan dianggap sebagai manusia paling berdosa, pelanggar UU, bodoh, dst. Oh iya, dan biasanya jadi anti-Microsoft.

Tak lupa para pahlawan dunia opensource pun menjadi idola mereka, seperti Linus Torvalds, Richard Stallman, dll. Di tingkat lokal (Indonesia) pun Linuxer-militan ini punya idola juga, seperti …, …, …, *tak usah disebutlah.. nanti pada ge er (ha..ha..). Ya anda tahulah siapa – siapa mereka.

Tapi dunia bagaikan runtuh, ketika Linuxer-militan ini mengetahui, para pahlawan opensource lokal mereka juga *bersentuhan* dengan dunia *propetiari*.. mmm.. ya maksud saya memang Windows.

Dari beberapa sumber (kadang blog si idola tersebut, atau web perusahaannya, milis, seminar, mulut ke mulut) diketahui bahwa para idola mereka ini ternyata sehari – hari justru menggunakan software propetiary. Ada pembuat distro Linux lokal yang tidak menggunakan distro buatannya itu, dan kemudian menjalin kontrak dengan Microsoft untuk bidang akademik. Ada juga yang gencar mempromosikan Linux & open source, tetapi perusahaannya berkutat dengan training seputar Microsoft dan software – softwarenya.

Di tingkat lebih kecil, ada anggota komunitas Linux yang justru malah akhirnya *berpindah jalur* ke jalan tol berlogo Jendela. Ada juga anggota komunitas yang begitu lihainya berdebat mengenai migrasi ke Linux, tetapi ternyata di kosnya dia menggunakan Windows untuk kegiatan sehari – harinya.

Masih belum cukup. Fakta lain yang terungkap adalah perusahaan – perusahaan lokal yang terkenal sebagai penyedia support Linux, juga menyediakan produk & servis untuk software yang hanya jalan di Windows.

Sampai disini, ada saja Linuxer yang kecewa. DULU saya juga termasuk salah satunya. Apalagi waktu itu saya masih begitu fanatiknya.

Lalu? Ya lambat laun sudut pandang saya yang berubah. Saya tidak menjadi sengit. Dulu saya kecewa karena salah saya sendiri memegang konsep yang keliru. Beruntung saya bisa sadar kesalahan saya. Sekarang kata kunci yang saya pegang adalah, yang terbaik itu memang “menggunakan software legal”. Terserah OS nya apa. Tetapi lebih baik lagi kalau itu memberi *efek baik* jangka panjang. 😉

Tapi, saya sekarang bertanya – tanya, selama transisi pergantian sudut pandang saya ini, adakah Linuxer lain yang (masih, atau baru saja) dikecewakan (seperti halnya saya dulu)?

NOTE: Don’t get me wrong.. Tulisan ini hanya merepresentasikan bahwa di luar sana ada para Linuxer yang sejak awal menggunakan pondasi konsep yang tidak seharusnya. Saya sendiri butuh waktu lama untuk menyadari kekeliruan saya.

Terkait : Linux dan Sebuah Kebohongan

71 Comments

Add yours

  1. Saya rasa tidak dari arah yang berlawanan Mas 🙂 Kita masih di pihak yang sama kok.

    Ahh.. sepertinya memang banyak yang salah tanggap dengan apa yang saya maksud.

  2. Pragmatis saja. Selalu cari cara terefisien untuk melakukan sesuatu.

    Jika anda dekat dengan pelayanan ke customer yang gaptek, ya pakai MS. Ndak perlu ngotot untuk mengubah dunia.

    Jika Anda perlu something to impress orang seni or a cute model dari studio sebelah, perhaps pake mac bisa ok, toh darwin juga.

    Jika Anda memang memerlukan linux, ya pakai. Jika ada kesempatan untuk menerapkan linux (or any other opensource) di skala corporate, dan anda yakin sudah mempertimbangkan faktor support pada end user, ya lakukan.

    Tidak perlu ada kekecewaan, toh kita masih bisa pakai linux di sudut ruang, when we feel like it.

    Saya pribadi memakai windows (legal) untuk diskusi sehari2, just becoz i feel like it.

    Saya pakai linux untuk server storage yang less crucial albeit super intensive karena saya suka(!) konsep tokenizednya reiserfs(yang di freebsd belum didukung full), atau ngeboot linux via usb untuk melakukan hal-hal yang mencurigakan di tempat umum 😉

    Untuk kebutuhan yang amat secure seperti firewall, ya pake openBSD, karena saya suka PFnya serta konsep correctness by design-nya. Sampai sekarang jika saya tidak dapat menemukan diskusi yang menyenangkan atau novel yang seru untuk pergi tidur, ya saya baca ulang source kernelnya openbsd…

    untuk kebutuhan performance-intensive, saya jg spare box freebsd buat main2. Untuk main game, ya pake windows embedded, toh si MS kasi embedded studionya gratis, jadi bisa bikin my own flavor of ms windows.

    Fanatisme itu hanya untuk orang yang ingin merasa/menjadi spesial, whats the point larrr… No point of doing something different just for the sake of being different,

    or perhaps supaya kita feel good about ourselves dibanding tetangga2 sebelah yang ngebajak ? ah, too lame.

    Lalu, apa hebatnya kita membangga2kan pakai kode bikinan orang lain? pragmatisme saja cukuplah: “ah saya cuma end user, mau ms or linux ndak apa apa”

    Fanatism kills curiousity, it destroys self doubt and self skepticism. In the end, it kills the passionate thirst to learn something new.

    Your self-doubt is a great leap forward toward progresiveness of mind. I salute you.

  3. Heheheh,gpp salah tanggap.Toh komentarnya jadi lengkap dari berbagai sisi :D.

    Sakit memang kalau idealisme harus dicerabut. Lha wong itu alsan eksistensi kita jeh. Tapi kabarnya idealisme juga butuh dana, juga butuh strategi. Rejeki orang beda-beda. Ada yang bisa hidup total dengan Linux ada yang enggak.

    Berpegang pada idealisme yang salah itu bagian dari proses belajar. Jadi ya gpp lah seumpama masih banyak yang pegang ideliasme tersebut. Kalo gk salah,kapan ngerti benar? :p

  4. Dikotomi propertiary dan free, closed source dan open source tetap menjadi perdebatan menarik. Mau pake propertiary atau free, linux based or windows based silahkan. Yang paling penting sesuaikan dengan kebutuhan. Dan hargai juga copyright seseorang.

    Izinkan untuk merekemondasikan FOSS sebagai solusi karena, semua kebutuhan kita sudah bisa tercover kok, kecuali utk sebagaian. Ini juga tidak membuang devisa kita keluar negeri untuk membeli produk berbayar. Selamat Memilih

  5. Saya sendiri sih tergantung kebutuhan, tapi saya jujur untuk keperluan tertentu sih linux bisa diandalkan tapi untuk keperluan tertentu juga saya masih memilih windows, yang jadi pertanyaan saya ” dosa ga ya kalau kita ngecrack program bajakan dari windows ? dan kadang itulah yang saya jadikan pertimbangan kita pakai linux….

  6. memang di butuhkan ideliasme tinggi untuk menjadi pengguna linux bang okto 🙂

    ciwank.net
    warnet linux
    jl.pramuka no.15
    samarinda

  7. U just happy happy use opensource ya ? where’s your ethic?

    Opensource is good, good to learn not to use. u people thought u knew something about this penguin and the whole FOSS scenario. the truth what? indeed we got null contribution to the community! a sad fact of 240 millions nation, where’s the militant ? where’s the freak ? u think u die hard enough ? all just a dumbass user….hahaha

    Open source is something to explore about since the source is already open, you dont bother to reverse it anymore, learn it, hack it, involve and contribute in the community, become an expertise/guru and in the end be a part of the global change, what you can expect with indo people and gov ? where’s the industry they should build and provide about ? what’s the demanding skill we require ? all those clueless people will just lead you to a clueless life. i told you bro, we have a lack of culture in doing research and innovation and also lack of gov support, that one significant factor why opensource is not progressing in indo

    so, i hope, indo people, when we/you start hacking opensource, see it in broader meaning, dont care about indo scene, it’s an exciting global world wide movement, just be part of it while you were young, and there you go, you are demanded, an opensource talent!

  8. Nice thought.. I agree with you in certain points.. 🙂

  9. Wah, komentar dari blackpenguin nohok banget. Saya juga setuju dalam beberapa poin. Menurut saya pribadi, cara paling militan untuk mempromosikan opensource adalah dengan cara “mengobrak-abrik opensource” itu sendiri sampai-sampai menjadi sesuatu yang tidak-bisa-ditolak, karena kedahsyatannya.

    Masih dalam opini pribadi saya, linux menjadi sebesar dan sedahsyat ini karena kekuatannya yang tidak bisa ditolak. Linus Torvalds tidak melakukan “injeksi” militan dengan berkoar-koar dimedia apapun untuk memakai linux, tapi dia melakukan sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh dunia. Bahkan pada awal pembuatannya, beliau tidak menyangka linux akan sedemikan dahsyatnya sekarang. Dan sampai saat ini masih menganggap pekerjaannya adalah hobby–bukan militansi ( source )

    Saya sendiri mungkin masih masuk kategori sangat awam dalam hal kontribusi dalam dunia opensource terutama linux, tapi sekiranya saya bisa, akan saya lakukan apa yang saya bisa kontribusikan agar linux bisa jadi lebih hebat lagi dan menjadi sesuatu yang -semakin- tidak bisa ditolak dunia.

    –dari seorang non-programmer pecinta linux yang masih dualboot dengan windows, dan masih terus berharap akan memiliki mac suatu saat-yang juga akan didualboot dengan linux…

  10. hmm.. klo boleh ikut berkomentar,yang menekan pak okto pada komentar2 diatas + para linuxer militan, menurut saya orang2 yang jauh lebih bodoh daripada pengguna windows 😀

    no hurt feeling, tapi seharusnya kita sadar, sebelum menjadi pengguna linux, kita belajar komputer and jadi ngerti komputer tuh karna OS apa ? windows toh 😀 bahasa kasarnya sih waktu kecil dididik sama windows, pas dah gede ketemu linux, langsung jelek-jelekin windows :p air susu dibales air tuba itu sih

    saya seorang pengguna linux, dan saya setuju dengan pendapat pak Okto Silaban mengenai “menggunakan software legal” 🙂 saya bangga menggunakan linux (saya menggunakan DVL dan ubuntu skarang ini), saya juga bangga menggunakan windows (karena windows saya asli) dan yang pasti, saya mendukung gerakan linux asal… tidak menjelek2kan OS lain. Inget.. semua OS itu ada kelebihan dan ekurangannya 😀

    cheers

  11. Tampaknya Anda termasuk orang-orang yang terbuka matanya.
    Betul sekali, pengguna Linux yang militan a.k.a. Linux “zealots a.k.a. (istilah gua) pemuja Torvalds, hanya membuat para pengguna software propertiery kesel dan malah males mencoba Linux.

    Kalo menurut gua pribadi, legal dan tidak legal tuh cuma sebuah hukum yang ada di secarik kertas. Apakah hukumnya adil? Belum tentu. Apakah gua bersedia “didorong-dorong” oleh para pembuat hukum? Tentu tidak.

    Mari kawan-kawan, bergabung dengan komunitas AFOSS….
    http://elzafir.wordpress.com/2007/05/23/potential-loss-of-piracy/

  12. Ini dari segi manfaat dan nasib jangka panjang

    Buat saya yang masih nyubi di dunia linux, ternyata selama menggunakan linux bisa melipat gandakan pengetahuan di dunia komputer. Saya pemakai windows, 99% tempat kerjaku menggunakan windows, tapi selama bertahun-tahun kayaknya gak ada perkembangan sama sekali, yang ada cuma install ulang, update anti virus. Meskipun semua software adalah legal ( beli maksudnya ) tapi rasanya tetep lari ditempat.

    Ya itulah akibat menggunakan software propertiery. Selamanya dijadikan pembeli dan pengguna. Stretegi dagang emang. Kembalinya ke urusan perut. Tapi setelah pake linux yang katanya gratis, justru pengetahuan ku sama windows nambah.

  13. Saya sependapat dengan anda, kita tidak perlu memaksa orang untuk memilih Linux. Itu hak mereka. Kalo dianggap baik, Insya Allah mereka pasti memilih LInux. Saya awam tentang TI, saya orang medis. Tapi saya memilih Ubuntu dan nyaman menggunakannya, tanpa meninggalkan windows. Karena instansi saya menggunakan windows, lingkungan saya juga banyak yang masih awam dengan Linux. Jadi saya rasa tidak perlu kecewa, ini adalah bagian dari pembelajaran. Salam hangat dari Kalimantan Timur 🙂

  14. Hmm.. baru baca lagi… sori. Pas saya baca ulang komen saya, bernada seperti menyerang, yah.. Well, maksud saya, sih, jangan menyerah dengan FOSS. Begitu maksud komen saya, hehehe..

  15. Jadi karena itu ya saya hingga saat ini tetap jadi pengguna Linux?.. 🙂

  16. Linux windows ataupun mac punya kelebihan dan kekurangan, saya memakai ubuntuk karena faktor kenyamanan dan keamanan 🙂
    Bukan karena legal atau tidak hehehe, sama aja software legal tapi koleksi mp3 dan videonya ilegal sama aja hihihi

  17. linux memang cantik… tapi jujur ya .. tidak mungkin semua orang bisa pake dan install linux , karena kita sudah di ninabobokkan sama microcop… linux seperti seni… dari hari ke hari kita semakin tahu kelebihannya… menurut saya masa depan software akan di dominasi oleh mac , dan linux seiring dengan bertambahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran hukum setiap anak bangsa, bangga pakai yang legal tapi kalau terpaksa ya pake microcop tapi juga yang legal…

  18. Mudah-mudahan apa yang tersaji di postingan ini memang benar-benar fakta. Bukan sekadar dugaan atau hoax. Tapi memang benar. Di awal mengenal Linux, ada kemungkinan kita menjadi sangat fanatis. Tapi ketika dihadapkan dengan fakta, baru agak down atau garuk-garuk kepala.

    Bagi saya, menggunakan Linux adalah sebuah pilihan. Sebisa mungkin atas dasar kesadaran pribadi dan memang benar-benar bisa menikmatinya. Saya sendiri, sampai saat ini masih sangat enjoy menggunakan Linux (sudah kurang lebih setahunan). Saya juga sudah mencoba banyak distro (sekitar belasan).

  19. Saya jadi ingin ikutan … Tapi ini bener2 nyata tanpa rekayasa !!! 2 minggu setelah ku beli PC rakitan saya blm bisa ngapa2, makanya si om yg Installin OS Jendela itu saya pinta ajarin hidup-matiin PC, ampe maen game segala. Karena awwam saya colak-colok yg bisa saya colok !! hp kesayanganpun kucolokkan ke PC walaupun g ada Drivernya (abis baru mengenal sih). Mulai deh saya coba buka office & mulai ketak-ketik, kata om sih suruh save, esok harinya begitu lagi. Tapi aneh pas ke sekian hari dibuka ….. lho kok berubah semua ??? kok jadi susah gini om , dia bilang udah deh install lagi aja !!! maka proses instalasi makan wkt lama …. dan … kok g selengkap kemarin om ?? ” tenang , tar saya tambahin deh” kata nya. dlm hati saya bilang “kalo begini terus, bisa abis deh duit buat install ulang mulu” akhirnya PC hanya buat game aja !!(karena lum pernah pake PC sebelumnya)
    Lewat Motorolla V3X saya ikuti petunjuk salah satu operator agar bisa O.L. huhhhh akhirnya dari sini awalnya saya mulai banyak membaca !!!
    Lewat satu tabloid, pernah saya temukan tulisan mengenai UBUNTU versi 9.10 …. akhirnya saya beranikan diri beli di salah satu tempat di Ambassador. 2Distro sekaligus saya beli UBUNTU 9.10 & MANDRIVA POWER PACK !!!
    Duh … wkt install pertama Ubuntu saya sangat kecewa, karena g ada suara, apalagi setel video !!! Tapi … satu distro blm saya coba … dan saya beranikan utk install Mandriva … WWWWOOOOOWWW Ternyata asyik !! selama hampir setahun saya bersama Mandriva.
    Mulailah saya pasang Speedy , makin leluasa saya dpt tulisan buat belajar Linux. Tapi saya tidak menemukan begitu banyak blog kecuali Ubuntu , sehingga saya beranikan lagi install UBUNTU. Memang enak yah pake Distro yang banyak membahas tentangnya. EEEE ketagihan juga rupanya , Jadi sekarang saya pake Ubuntu 10.04, dan Jendela tetep saya biarkan bertengger di PC ku, kali aja saya ingin belajar Jendela. he he he ….. makasih jg Distro yang banyak jasa (Mandriva)

  20. jadi inget awal-awal pakai GNU/Linux >_< saya juga udah kaya alay yang muja-muja artis, wkwkwk.. makin lama mikir ya udah biarin mereka-mereka mau pakai apa, yang penting diri saya sendiri berusaha tetap di jalan yang benar (cie.. wkwkwk). udah itu aja, dikecewain sih enggak mikir positif aja, .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *