Month: May 2009

Ke Twitter Lagi

Sewaktu lagi heboh – hebohnya Twitter, saya sempat bikin akun. Terus nyobain nge-tweet. Habis itu ditinggalkan.
Setelah itu muncul Plurk. Setelah disentil Mas Yahya, akhirnya saya bikin akun. Dan terjerumuslah saya di dunia plurknista itu. (and it did fun.. (dance)plurk )

Belakangan fitur karma (yang tadinya asyik) kok malah terasa mulai mengganggu. Kalo ndak diupdate seharian karmanya turun. Ya ndak apa – apa sih, ndak masalah sebenarnya. Tapi entah kenapa ada semacam efek psikologis untuk mengembalikan lagi karma tersebut. Akhirnya mulai deh nge-junk demi mempertahakan karma.. ๐Ÿ™ *ya.. saya lakukan dengan sadar kok.

Plurk bilang : Say something interesting..

Terus gimana kalo seharian ndak ada yang interesting? Berarti hidup kita sucks.. Karena itu kena karma…

*cuma analogi bercanda saja kok.., ndak usah ditanggepin serius ya.. ๐Ÿ˜€

Kemarin saya denger podcast dari PasarMalem.com (situs ini udah lama launching ya?). Temanya tentang microblogging. Dan mbak.. errr.. *kalo ndak salah* Ica, dari Bandung, ngasih analogi yg saya suka :

“Twitter itu kaya semua orang ngobrol di satu meja.., Plurk itu kaya orang – orang berkelompok ngobrol di meja – meja tertentu.”ย  (CMIIW).

Bung Thomas juga membuat salah satu pernyataan yang cocok dengan tipikal saya : “Intinya adalah pada teksnya itu kan?”

Ntah kenapa, setelah mendengar podcast itu saya pengen make Twitter lagi.. Hebat nih podcast.. ๐Ÿ˜€

NB : Tadinya saya sempat berpendapat negatif tentang podcast di PasarMalem ini. Di plurk saya sempat bilang : It sucks..!. Tapi ternyata, kebetulan saja waktu pertama kali buka dapet episode yg ndak sesuai harapan saya. So buat PasarMalem.., lanjuuuutt…! ๐Ÿ™‚ย  (put rock icon here)plurk

Link : PasarMalem : Micro Blogging

Ide – ide Website yang Tidak (belum) Terealisasi

Dalam waktu dua tahun terakhir ini banyak sekali ide – ide website yang muncul di kepala saya. Sebagian sangat sederhana, sebagian lagi terlalu kompleks. Sebagian terlihat bisnis modelnya, sebagian lagi tidak jelas bisa dapat uang darimana. Sebagian bisnis modelnya konvensioanl (member / layanan berbayar, iklan, affiliate), sebagian lagi bisnis modelnya unik. Dan yang paling pamungkas dari semua itu adalah : tidak (belum) satu pun yang terealisasi !

Kakak saya pernah bertanya, “Sebenarnya kamu itu mau bikin website apa sih?”. Dan saya sukses bengong..

Alasannya? Bermacam – macam. Terlalu panjang kalau ditulis disini.

Jadi, untuk beberapa waktu ke depan, kemungkinan saya akan menulis ide – ide tersebut di blog saya. Siapa tahu ada yang bisa merealisasikan, saya ikut senang. *sekalian biar ada bahan buat ditulis di blog ๐Ÿ˜€

NB: Teman seperjuangan saya ini dulu sama seperti saya, tetapi akhirnya dia bisa menerapkan prinsip JDI (Just Do It), dan merealisasikan satu website yang cukup prospektif, dan mungkin dalam waktu dekat ini bakal launching. Sekarang dalam tahap private beta. (belum berani kasih link, belum dapet ijin).

Amazon S3 dengan CakePHP

Beberapa hari ini saya cukup disibukkan dengan memahami cara kerja Amazon Simple Storage Service (Amazon S3), yang merupakan salah satu layanan dari Amazon Web Service (AWS), dilanjutkan dengan menulis beberapa baris kode agar bisa bekerja dengan CakePHP . Ini adalah salah satu bagian dari situs yang sedang saya kerjakan.

Langsung aja. Library PHP5 untuk mengakses layanan Amazon S3 ini saya gunakan Class S3 dari http://undesigned.org.za/2007/10/22/amazon-s3-php-class, hasil karya dari Donovan Schรถnknecht.

Agar bisa diakses dalam CakePHP, file class S3 tadi (S3.php) diletakkan di folder app/vendor/. Setelah itu saya buat fungsi baru di dalam controller yang mengakses Amazon S3 nantinya.

function _initAws()
{
// AWS access info
if (!defined('awsAccessKey')) define('awsAccessKey', 'AKHTZQYAXRXHTZQYAUUM'); // Sesuaikan dengan AccessKey anda
if (!defined('awsSecretKey')) define('awsSecretKey', 'VJFcyIksmdnk90kngio'); // Sesuaikan dengan SecretKey anda

App::import('Vendor', 'S3', array('file'=>'S3.php'));
$s3 = new S3(awsAccessKey, awsSecretKey);
return $s3;
}

Kemudian jika di dalam salah satu fungsi controller anda (di dalam controller yang sama), anda ingin mengakses S3, cukup gunakan baris berikut :

$s3 = $this->_initAws();

$s3->putBucket('cdn.labanux.com', S3::ACL_PRIVATE); // Membuat bucket baru

$s3->putObjectFile($file_path, 'cdn.labanux.com', 'image/'.$file_name.'.xcf', S3::ACL_PRIVATE);

// Menyimpan ke bucket cdn.labanux.com, dengan nama file image/$filename.xcf (image itu hanyalah virtual folder, karena Amazon S3 tidak mensupport folder. Dengan dinamai seperti itu, maka file anda kelihatan seperti berada di dalam sebuah folder / subfolder

Oh iya, bucket itu unik, ndak ada yang sama di AWS. Terus asyiknya gini, kalau bucket kita bernama : labanux, maka bucketnya beralamat di s3.amazonaws.com/labanux, ataupun labanux.s3.amazonaws.com. Kalo nama bucketnya cdn-ku.org, maka bisa diakses di cdn-ku.org.s3.amazonaws.com, ataupun s3.amazonaws.com/cdn-ku.org

Nah kalo kita punya domain labanux.com, kita bisa nambahin subdomain cdn.labanux.com kan? Nah, di S3 nya kita bikin bucket dengan nama cdn.labanux.com. Jadi ntar bisa diakses dengan alamat cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com.

Lalu gimana biar CDN (Content Delivery Network) nya beralamat di cdn.labanux.com? Gampang, di NS servernya dibuat record CNAME cdn.labanux.com diarahkan ke cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com

Lalu bagaimana jika kita ingin mengakses file dari AWS untuk di berikan kepada user (di download user) ?

Kalau file & bucketnya public, bisa langsung diakses secara direct (misal filenya : image/fotoku.jpg) : s3.amazonaws.com/bucket/image/fotoku.jpg. Atau kalau mengikuti contoh di atas jadinya : cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com/image/fotoku.jpg, atau (ini yang saya pakai) : cdn.labanux.com/image/fotoku.jpg.

Nah, kalau file / bucketnya private. Ada dua cara. Cara pertama : Read More

LinuxMint Dukung Palestina

Clement LefebvreClement Lefebvre, founder distro LinuxMint baru saja mengeluarkan statemen yang mengundang banyak perhatian komunitas Linux. Dalam tulisannya di Blog LinuxMint dengan tegas dia menyatakan bahwa dia mendukung Palestina. Dan dia menambahkan dua statement ini :

Iโ€™m only going to ask for one thing here. If you do not agree I kindly ask you not to use Linux Mint and not to donate money to it.”

“I donโ€™t want any money or help coming from Israel or people who support the action of their current government.”

Terlepas dari pandangan politik yang mendukung ataupun menolak tindakan terhadap Palestina, banyak aktivis opensource yang tidak setuju dengan tulisan Clement ini. Bukan karena pandangan politiknya, tetapi karena dia menuliskannya bukan pada tempatnya. Menurut mereka opini politik pribadi tidak seharusnya dimasukkan di dalam sebuah karya bersama dari komunitas opensource, terlepas dari kenyataan bahwa kontribusi terbesar tetap dari dia. Tentu saja ada sebagian juga yang setuju. Menurut mereka Clement adalah satu dari sedikit orang yang berani mengutarakan pendapatnya dengan jujur.

[UPDATE] Tulisan di Blog LinuxMint sudah dihapus, dan akhirnya dipindah ke blog pribadi Clement Lefebvre – Thanx infonya om Vavai.. ๐Ÿ™‚