Investor Go-Jek dan Sejarah Para Pendirinya

[Foto: kompas.klasika | flickr.com]

Catatan: Tulisan ini dibuat pada bulan Juli tahun 2015. Sekarang Go-Jek sudah membuka informasi siapa saja investornya.

Saya baca di blog ini, di salah satu paragrafnya kurang lebih disebut, “Sampai sekarang Go-Jek belum mau membuka siapa investornya.” Saya baru kepikiran. “Hah, masak sih?”. Di era startup rame-rame ngomongin siapa investor mereka, atau diakusisi siapa, beberapa bahkan menyebutkan nominalnya, saya juga baru sadar kalau Go-Jek sepertinya tidak ramai dibicarakan siapa investornya.

Sejauh yang saya dapatkan informasinya baru Northstar Group, via NSI Ventures, yang menginformasikan Go-Jek sebagai portofolio investasi mereka. Ini tercantum di situs resmi Northstar, maupun NSI Ventures.

*Northstar adalah perusahaan private equity (sejenis Saratoga, TRG gitu kali ya kalau di Indonesia). Kalau NSI Ventures adalah perusahaan venture capital. Beda private equity sama venture capital apa? Googling aja ya. Haha.

[UPDATE]

  • Kabarnya Go-Jek sudah dapat investasi lagi dari Sequoia Capital senilai (setidaknya) USD 20 juta. Sekitar 260 miliar dalam Rupiah
  • Bloomberg melaporkan pada Maret 2016 bahwa Go-Jek sudah mendapatkan investasi senilai ratusan juta Dollar. Tapi di saat yang sama, Nadiem pun menyatakan bahwa Go-Jek belum menjadi “unicorn” (startup dengan nilai perusahaan setidaknya 1 miliar Dollar).
  • Techinasia juga mencatat bahwa DST Global (dari Rusia) sudah menjadi investor Go-Jek.

[UPDATE – Agustus 2016]

Go-jek diberitakan mendapatkan pendanaan baru sebesar $ 550 juta (sekitar Rp 7,1 triliun). Di sini terungkap nama-nama investor Go-Jek. Mereka adalah:

  • KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital serta Capital Group Private Markets (Investor yang membenamkan dana total Rp 1,7 triliun).
  • Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures serta Formation Group (Investor-investor sebelumnya)

Kalau melihat awal-awal Go-Jek launching dulu tahun 2010, sebenarnya liputannya cukup lumayan. Mereka sempat diliput oleh The Labana Post The Jakarta Post. Di situ disebutkan nama Arthur Benjamin sebagai angel investor Go-Jek. Tapi anehnya, salah satu petinggi Go-Jek yang sekarang bahkan gak tahu nama itu. Perkiraan saya sih, Arthur sudah tidak lagi menjadi investor di Go-Jek. Kok bisa? Mungkin yang berikut ini bisa jadi penjelasannya.

Para Pendiri Go-Jek

Go-Jek, didirikan oleh Nadiem Makarim, Brian Cu and Michaelangelo Moran. Sebelum mendirikan Go-Jek, Nadiem bekerja di McKinsey, Brian Cu bekerja di BCG, sementara Michaelangelo bekerja sebagai Web Interactive Designer freelancer.

Nah ini yang menarik. Go-Jek itu dari berbagai liputannya, disebut bahwa mereka didirikan di sekitar Juni 2010. Hingga 2011, beritanya masih keluar di media. Termasuk artikel di The Jakarta Post tadi. Tapi, sejak 2011 akhir, bisa dibilang Go-Jek agak meredup dari pemberitaan.

Penyebabnya? Saya gak tahu persis. Tapi bisa jadi karena setelah mendirikan Go-Jek di 2010, Nadiem dan Brian justru bekerja di Rocket Internet untuk membangun Zalora.com. Nadiem bergabung ke Zalora di November 2011, dan Brian bergabung di Januari 2012. Mereka direkrut oleh Rocket Internet untuk membangun Zalora Indonesia (fashion e-commerce).

*Sudah bukan rahasia lagi memang kalau Rocket Internet gemar mengambil tim dari mantan karyawan perusahaan konsultan manajemen. Nadiem ex-McKinsey, dan Brian ex-BCG. Dua nama besar perusahaan konsultan.

Saya enggak tahu pastinya ketika Nadiem bergabung ke Rocket Internet, Go-Jek statusnya bagaimana. Apakah memang vakum atau malah dibangun ulang. Kalau beneran dibangun ulang gak heran kalau akhirnya Arthur Benjamin sudah tidak lagi tercatat sebagai pemilik saham.

Lalu setelah keluar dari Zalora, gimana kelanjutannya? Nah ini menarik juga. Setelah keluar dari Zalora, Nadiem juga belum memilih fokus dengan Gojek-nya. Di April 2013 lulusan MBA Harvard ini malah bergabung ke Kartuku, menjabat sebagai CIO. Setahun di Kartuku, barulah Nadiem kembali fokus ke Gojek.

Brian Cu? Setelah keluar dari Zalora, lulusan National University of Singapore ini memilih berkarir di GrabTaxi sejak Juni 2013. Iya, GrabTaxi yang itu.., yang juga meluncurkan GrabBike, pesaing utama Go-Jek.

Ini menarik. Kalau melihat timeline catatan karir mereka di Linkedin, tentunya setelah Brian Cu meluncurkan Grab Bike, rasanya tidak mungkin lagi da masih memiliki saham di Go-Jek.

[Catatan: Anthony Tan -pendiri GrabTaxi itu adalah teman Nadiem sewaktu sama-sama berkuliah di Harvard]

[UPDATE: Nadiem Nakarim adalah Warga Negara Indonesia, orang tuanya berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. Ayah Nadiem adalah pengacara tersohor, Nono Anwar Makarim -lulusan Harvard juga.]

The New Go-Jek

Di 2015 ini, Go-Jek mulai ramai lagi. Kalau dulu pesannya harus via telpon, sekarang sudah bisa via aplikasi, ala-ala Uber. Walaupun aplikasinya menurut saya kualitasnya masih jauh dari Uber.

Mengapa aplikasinya kualitasnya masih jauh? Beberapa kali saya gunakan, aplikasinya suka error sendiri. Pesen Gojek, nunggu agak lama, terus muncul notifikasi pengemudi sudah dapat, sedang dalam perjalanan. Tapi informasi pengemudinya kosong. Gak ada nama maupun nomor telpon. Posisinya? Di laut. Tapi pernah juga berhasil dengan mulus sih.

Lalu ini yang paling parah, seringkali (dapat cerita) aplikasinya bisa diakali sendiri oleh pengemudi Gojek-nya, maupun oleh pengguna jasanya. Pengemudi Go-Jek nya bisa dapat 800rb sehari dengan ngakalin aplikasinya. Ini abang-abang Go-Jek nya sendiri lho yang cerita. Penumpangnya? Well.., gitu deh. Biar jadi PR orang teknologinya Go-Jek lah ini.

Soal investor, seperti disebutkan tadi, strateginya Nadiem agak beda dengan kebanyakan startup lainnya. Di beberapa media, Nadiem menyatakan kalau enggan membuka informasi investor Gojek. Bukan soal nominal saja, tapi soal siapa investornya. CFO nya Gojek pun waktu saya tanya tidak bisa memberikan informasi, confidential katanya.

Pertumbuhan Gojek sepertinya luar biasa tahun ini. Download aplikasinya sudah lebih dari 500rb. Jumlah mitra abang ojeknya pun sudah 10rb lebih, tersebar di 4 kota.

Pertanyaan dasar saya cuma satu, ini Gojek mau ngincer exit, atau memang mau dijalankan long term ya? 😀

PS: Terus, Michaelangelo Moran gimana? Well, kata info user di Wikipedia (ini saya quote ya) “Michaelangelo Moran is a son of a bitch and janitor based currently in San Francisco”. Saya yakin ini pasti becandaan sih. Entah oleh dia sendiri (yang memang pekerja kreatif), atau temen-temennya. 😀

[UPDATE]

Di Maret 2016, Bloomberg melaporkan bahwa Go-Jek telah memiliki 200.000 armada.

Bacaan lanjutan:

4 Comments

Add yours

  1. investment 20 juta dollar dari sequoia capitalnya kok blm dibahas ?

  2. Hah beneran? Gue cari infonya gak nemu tuh bro.

  3. Terlepas dari siapa investornya, menurut ku nadiem makarim sosok yang sangat menginspirasi
    perkembangan bisnis online atupun starup dan bisa menjadi contoh

  4. Bukan saya berlaku kurang sopan. Namun saya mendapatkan sebuah informasi dari seseorang yang anaknya bekerja di Gojek. Beliau menyatakan bahwa salah satu investor Gojek adalah Ir. Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, serta seseorang pejabat Brimob. Namun statement ini perlu dicari tahu lebih dalam, agar statement ini menjadi valid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *