Tag: programmer

Seperti Inilah Sulitnya Membuat Satu Halaman Website

Sewaktu saya masih belajar HTML saja (jaman SMA), saya enggak pernah percaya kalau membuat satu halaman website static, bisa membutuhkan waktu 2 bulan, bahkan lebih. Karena secara teknis, tidak besar tantangannya. Tetapi setelah saya bekerja, ternyata kenyataannya seperti itu.

Saya ambil contoh. Halaman website yang perlu dibuat isinya hanya: judul singkat dalam format teks, satu video, dalam satu halaman website. Tidak perlu ada animasi, efek-efek aneh-aneh, kolom komentar, dll. Benar-benar hanya halaman website biasa, dan static (tidak ada informasi yang secara regular diupdate).

Bagi web developer, ini pun tergolong mudah. “Ahh elah.. Bikin satu page HTML. Kasih tag <h1> di judul. Videonya pake JWPlayer aja. Kalau mau agak bagus, pakai aja template-template jadi. Atau biar di mobile enak dilihat, pakai Bootstrap atau Foundation juga bisa. 20 menit juga itu jadi maahh…”

Kenyataannya? 2 bulan ! Beneran. Total waktu dibutuhkan dari permintaan itu disebutkan, sampai dengan akhirnya halaman website itu jadi, bisa jadi butuh waktu 2 bulan, atau bahkan lebih. Kenyataan itu keras bung. Di perusahaan-perusahaan besar ini awam terjadi. Kenapa bisa begitu? Begini contohnya: Read More

I am a programmer, and I have no life

imageKalimat ini beberapa kali saya temui di gambar – gambar lucu yang disebarkan teman – teman saya. Ini setengah bercanda setengah serius sih ya. Karena memang ada beberapa orang yang begitu cinta dengan programming. Sehari – hari bekerja sebagai programmer. Kemudian karena batas waktu proyek, seringkali harus bergadang hingga larut malam untuk meneruskan coding.

Ketika tiba waktunya akhir pekan ataupun hari libur, si programmer ini menikmatinya dengan menekuni hobinya, yaitu : programming. 

**gambar diambil dari sini

Cari Developer Itu Susah Kawan !

Masih berkaitan dengan Indonesia di TechCrunch. Ada banyak poin yang bisa dijadikan catatan. Saya menyoroti satu hal : Ternyata yang sulit di Indonesia itu adalah mencari developer, bukan pendanaannya !

…Instead, the pain point is finding developers. In Indonesia, developers are considered an entry level position, not a lucrative career path. Most companies have to invest six months or so in training the talent they need, making scaling up a challenge.

Hah?! Dengan sekian banyak website bertema programming dan development (khususnya web), belum lagi milis – milis. Ternyata susah mencari developer?!!

Oohoo.. Bukan berita baru sebenarnya. Tanyakan pada mereka yang mencari programmer, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan programmer berkualitas? Sebuah perusahaan dari grup bisnis yang sangat besar di Indonesia, dalam waktu 6 bulan pun masih belum bisa mendapatkan satu orang programmer web, dengan spesifikasi standar.

Lalu apa penyebabnya ? Saya coba rangkum. (silahkan tambahkan di kolom komentar kalau anda punya masukan baru)

Gaji

Isu sangat sensitif ini. Dan seringkali jadi pertimbangan utama (ya sama lah dengan lowongan kerja lainnya). Ada yang menawarkan standar salary yang tidak masuk akal untuk standar hidup di Jakarta. Tapi berhubung perusahaan ini punya label nama yang mentereng, banyak yang rela mengantri (sebelum akhirnya pun mengantri untuk resign).

Ada juga yang minta minimal requirement kaya dewa (yah.., para developer pasti tahulah), tapi dengan gaji standar UMR.

Nama Besar

Lalu, apa tidak ada yang menawarkan gaji besar? Ohh ada.. Tapi minimal requirement nya tinggi ya? Tidak juga..  Tapi kok gak dapet – dapet programmernya?

Nah sama juga seperti lowongan kerja lainnya. Nama besar penting. Kalau perusahaan ini masih baru (khususnya startup) mereka yang punya kualitas tinggi pun tetap akan membandingkannya dengan lowongan sejenis dari perusahaan yang punya nama besar. Apalagi kalau multinational company. Apalagi kalau oil & gas company.. (jujur..!) Read More

Programmer Sukses

Bulha sedang menunggu pesanan sego kucing dan es tehnya ketika seorang gadis yang membawa kamera DSLR, dengan tas ransel di pundak, kaos oblong, dan celana jins pendek mendekatinya lalu duduk di sampingnya. Lokasi mereka nongkrong memang cocok untuk mengabadikan apa yang terlihat di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, yaitu di depan Kantor Pos perempatan alun – alun utara, Jogja.

Bermaksud mengisi kesunyian karena Haran tak kunjung datang, Bulha bertegur sapa dengan gadis ini.

Bulha : Wah.. fotografer nih mbak?

Si Mbak : Ahh.. enggak kok. Cuma hobi aja. Keliling – keliling nyari objek bagus. Ini juga baru belajar.

Bulha : Oo.. Potongannya udah cocok lho mbak jadi fotografer profesional.

Si Mbak : (Tersenyum seraya membidikkan lensa kameranya ke arah turis domestik berwujud alay yang sedang heboh berfoto ria di depan monumen bersejarah itu.)

Bulha : Emang kerja dimana mbak?

Si Mbak : Oh.. saya programmer kok mas. Freelance.

Bulha : Emm.., sama kaya saya dulu. Dulu saya freelance juga di Jogja. Tapi sekarang kerja di Jakarta, programmer di bank swasta.

Si Mbak : Whuee.. asoy tuh gajinya, ha..ha..

Bulha : Gak juga standar kok. Eh, freelance sendirian ato ada timnya, Mbak?

Si Mbak : Sendiri aja. Tapi kadang kalo loadnya berat, ya di outsource ke temen – temen freelancer lainnya juga. Terutama desain. Selera desain saya jelek.., he..he.. (lalu memanggil si empunya angkringan, memesan susu jahe).

Bulha : Kenapa gak bikin tim aja, Mbak?

Si Mbak : Buat apa?

Bulha : Ya.., nanti kan bisa jadi lebih besar resource nya.

Si Mbak : Terus?

Bulha : Ya terus bisa ngambil proyek lebih banyak lagi. Gak kecapekan.

Si Mbak : Proyek lebih banyak buat apa?

Bulha : Ya biar pendapatan makin gede. Ntar bisa jadi perusahaan malah.

Si Mbak : Lah terus?

Bulha : Nah.., kalau udah jadi perusahaan kan enak. Ada timnya sendiri, punya anak buah. Sistemnya udah bekerja.

Si Mbak : Kalau sistem udah bekerja?

Bulha : Nah Mbak kan bisa jadi lebih nyantai. Bisa nerusin hobi fotografi. Keliling – keliling nyari objek bagus, nongkrong di angkringan sambil minum susu jahe..

Si Mbak : Lah ini saya lagi ngapain? (saat membidikkan kameranya, si empunya angkringan mengantarkan susu jahe pesanannya).

Bulha : *bengong*

Cuma sekadar sudut pandang lain. Hidupmu, pilihanmu.

NB : Cerita ini saya dengar dari kakak saya, tidak tahu siapa yang menulis aslinya. Cerita aslinya tentang nelayan. Saya sesuaikan jadi bertema IT.

Komputer, Komputer dan Komputer Lagi

Bulha dan Haran duduk di pinggir jembatan baru di bilangan Pogung Kidul. Sebuah jembatan baru yang menghubungkan jalan di sepanjang selokan Mataram dengan Jalan Monjali.  Sambil sesekali nge-Plurk via handphone Motorla c650 nya, Haran menampakkan mimik wajah yang gelisah. Sepertinya ada beban berat yang ingin diungkapkannya kepada Bulha.

Haran : “Bul, kok aku rasane pengen unplugged dari dunia komputer yo..”

Bulha : “Lah ngopo-e Ran?”

Haran : “Bosan, dab..! Gini deh.. aku tanya kamu sekarang. Kerjamu apa?”

Bulha : “Programmer..”

Haran : “Hobimu apa?”

Bulha : “Mmm.. main game online.”

Haran : “Kalo ada waktu senggang kamu ngapain?”

Bulha : “Biasanya sih ngerancang arsitektur web yang pengen kubuat.. Kalo enggak bikin sampler di Fruity Loop”

Haran : “Kamu gak pernah sosialisasi sama orang po?”

Bulha : “Ya pernahlah.. Hampir tiap saat malah.. Lewat Facebook, Plurk, Twitter, YM.. Macem – macemlah, dab.. Toh pacarku juga kerjanya graphic desainer, jadi kita selalu komunikasi via YM. Gak ada masalah tuh.”

Haran : (menirukan icon DOH nya Plurk) “Itu yang tak maksud.. Semua waktumu diisi dengan komputer..”

Bulha : “Ya.. ya.. gak juga. Tapi kan emang kerjaku programmer. Jadi tiap hari di depan komputer, ya aktifitasku jelas seputar itu dong.. Tapi kalo libur kan aku bisa bermain dengan duniaku sendiri..”

Haran : “Emang kalo lagi liburan kamu ngapain?”

Bulha : “Resolusi ku untuk liburan tahun ini sama dengan tahun kemarin, belajar seni..” (diucapkan dengan gaya yang mantap, pede, dan berapi – api, mirip kaya teman – temannya yang ikut MLM)

Haran : “Wuah.. Boleh tuh resolusinya.. Seni opo ki dab? Bikin band reggae, kursus nari ato apa nih?”

Bulha : “Yo ora lah.. Aku sudah ngerencanain, nanti setiap libur di tengah tahun pertama ini aku bakal belajar disain bergaya Realism dengan The Gimp sama Inkscape, nah tengah tahun kedua aku belajar seni Surrealism lewat animasi dengan Flash”

Haran : “Arrghhh.. Iki sing tak maksud tadi.. Kerja di komputer, hobi di komputer, kalo ada waktu senggang main komputer, sosialisasi via komputer, menghabiskan waktu liburan dengan komputer.. Kalo valentin-an, ngirim icon Coklat ke pacarmu lewat Facebook, kalo temen ulang tahun, ngasih gambar kue ultah lewat email.. Edan kowe ki..!” Read More