Tag: opensource

LibreOffice Online dan Tantangan Produk OpenSource di Desktop

Setelah hampir setahun lebih menggunakan Microsoft Office 365 dalam pekerjaan sehari-hari saya cukup gembira mendengar ada alternatif open source untuk produk sejenis. Iya, memang belum rilis sih. LibreOffice akhir tahun ini akan tersedia versi online nya. Detailnya bisa dibaca disini.

Seperti halnya produk opensource lainnya, saya sering bingung siapa client enterprise yang ditarget mereka untuk menggunakan produk opensource di desktop. Kalau untuk server sih sudah tidak dipertanyakan lagi, bisnisnya memang besar sekali. RedHat saja tahun kemarin mencatat kenaikan revenue hingga 16%. Sementara untuk desktop saya tidak begitu jelas.

Selain kota Munich, yang hampir seluruh instansi pemerintahnya sudah migrasi ke opensource, saya tidak tahu dimana lagi ada migrasi opensource besar-besaran di desktop. Dan inipun instansi pemerintah, bukan swasta. Hmm, ya.. bisnis dari proyek pemerintah memang gak kecil juga sih nilainya. Tetapi bisnis dengan pemerintah itu tantangannya bukan lagi dari sisi teknis. Politik, lobi-lobi, koneksi dan lain-lain seringkali masih jadi pengaruh utama.

Nah, di Indonesia saya pernah mendengar beberapa perusahaan yang menggunakan opensource di desktopnya. Tapi ini saya hanya dengar dari mulut ke mulut sih. Beberapa di antaranya: Sosro, Kompas Gramedia (tim developer di grup majalah), Viva.co.id, Detik.com. Tapi itupun tidak 100%. Dan (setahu saya) tidak satupun dari mereka menggunakan jasa dari penyedia layanan enterprise untuk opensource (untuk desktopnya).

Merebut market desktop itu sulit sekali. Bukan soal urusan teknis saja (kompatibilitas antar versi, antar distro, standar desktop, dll). Tetapi juga urusan ekosistem. Sebuah perusahaan biasanya lebih memilih menggunakan suatu platform dengan ekosistem yang sama. Jadi mencari partner untuk membantu mereka pun lebih gampang, karena satu sama lain “pasti” cocok (compatible).

7 tahun lalu, saya pernah menyinggung soal ini juga. 4 tahun lalu juga saya bahas kembali. Dan sampai hari ini, sepertinya memang divisi desktop opensource itu tetap akan menyandang gelar “alternatif”, belum sejajar sebagai “pilihan utama”. Kutipan dari tulisan 4 tahun lalu itu sepertinya masih berlaku:

β€œLinux will remain the king of the server world, but on the desktop front it will always be an OS for enthusiast and hackers only.”

*hacker yang dimaksud di sini adalah mereka yang hobi ngoprek.

Sayang sekali kalau beneran jadi kenyataan, karena saya pribadi masih mendukung gerakan OpenSource maupun FSF ini.

Tips Menghilangkan Paket Desktop Ubuntu kembali jadi Minimal

Ceritanya, saya lagi mau coba oprek satu OS untuk keperluan eksperimen buat server. Nah paling aman tentunya dijalanin secara virtual (bukan hard install di atas PC/Laptop). Untuk virtualization-nya saya pakai VirtualBox.

Masalahnya saya enggak punya ISO Ubuntu server. Adanya iso Ubuntu Desktop. Jadilah ISO ini yang saya pakai untuk dipasang di VirtualBox.

Karena versi desktop, jadi banyak software – software yang tidak saya butuhkan. Nah saya ingin membuat paket – paket desktop ini. Ingin mengembalikannya ke versi base saja. Lalu nanti baru nanti saya install paket server yang saya perlukan.

Saya tadinya berpikir, ah gampang, tinggal jalankan ini : sudo apt-get remove ubuntu-desktop. (beberapa tulisan di internet juga menyatakan demikian) Hmm.. Ya, pake ubuntu-desktop memang dihapus. Tapi sayangnya itu cuma paket meta aja. Tidak benar – benar paket softwarenya.

Mungkin sebagian besar dari anda berpikir sama dengan saya, jika saya menghapus suatu paket desktop yang esensial, pasti software – software desktopnya juga akan terbawa dihapus. Masalahnya apa nama paketnya ini? Setelah mencari – cari dan sedikit menebak – nebak, ketemulah dia. Ini paketnya : libgtk2.0-0

Jadi, setelah saya jalankan : sudo apt-get purge libgtk2.0-0 semua (atau setidaknya sebagian besar) program desktop Ubuntu dihapus. Sekarang Ubuntu di VB saya sudah minimalis, tambahkanlah garam dan sambal secukupnya, hidangkan selagi hangat πŸ™‚

Skrinsut Kembali Menyenangkan

Dulu waktu buka – buka blog- blog orang – orang keren – keren *fiuhh.. 2 kata semua – semua* :P. Saya ulangi.., dulu sering nemu blog yang kadang di dalemnya ada skrinsut (screenshot) dari suatu halaman web, ataupun skrinsut dari desktopnya. Tapi skrinsutnya tidak standar, diedit gitu. Jadinya bagus. Kebanyakan sih dibuat jadi berbayang model Compiz atau MacOS. Ada juga yang dimiringin dikit.

Dulu aku heran, ni orang niat banget tiap skrinsut digitukan. Lumayan repot juga kan ngeditnya. Kepikiran sih mungkin mereka pake plugin tertentu atau skrip tertentu biar lebih cepat. Eh ndak tahunya emang ada softwarenya. Namanya Shutter.Β  *halah.., kemana aja Ban…!* .Β  Shutter ini jalan di Linux, ndak tahu kalau di OS lain).

Nih contoh skrinsut dari blog ini :

shutter-blog

Sekarang skrinsut kembali menyenangkan bagi saya.. πŸ˜€

[update]

Selanjutnya bisa diedit dengan Screenie : http://ariya.blogspot.com/search/label/screenie (Thanx om Ariya).

Rilis Theme WordPress untuk Situs KPLI Jogja

Karena KPLI Jogja sangat dekat dengan istilah GPL, maka saya rasa tidak ada salahnya jika theme wordpress untuk situs KPLI – Jogja (Jogja Linux) pun saya lepaskan secara gratis dibawah lisensi GPL. Silahkan download di sini : http://labanapost.com/download/jogjalinux79.tar.gz

PERINGATAN : Theme ini dibuat khusus (custom) untuk situs Jogja Linux, jadi untuk bisa tampil keren seperti situs Jogja Linux saat ini anda harus menyesuaikan sendiri beberapa bagian dari theme tersebut.

Sedikit cerita *curhat* dibalik re-desain situs KPLI Jogja ini.

Nama

Nama theme nya JogjaLinux79. Kenapa? JogjaLinux nya jelas.., tapi mengapa angka 79? Karena dibuatnya dari tahun 2007 – 2009. Lama? Ya gitulah.. :P. Sebenarnya saya sudah janji sama bung Iwan ‘stwn’ (pembuat distro Kuliax – eks. ketua KPLI Jogja) untuk meredesain situs Jogja Linux. Dan seharusnya desain baru tersebut dilaunching bersamaan dengan event Indonesia Linux Conference 2007 yang saat itu dipegang oleh KPLI Jogja. Tapi janji tinggal janji.., aku telah ingkari.. Ouh..ouh.. ouh.. Laa.. la..laa.. *ehm..

Logo

Logo baru Jogja Linux itu sebenarnya sudah jadi sebelum ILC 2007. Jadi tadinya niatnya launching desain baru situs Jogja Linux, sekalian memperkenalkan logo barunya. Eh iya, sapa ya yang buat logo Jogja Linux yang baru ini? Aku kok lupa? Pliss.., yang tahu ninggal komen dibawah ya..

[UPDATE] Logo KPLI Jogja yang baru ini dibuat oleh Fahrezal Effendi aka rezal aka exavolt (thanx bung Iwan atas koreksinya).

Logo yang digunakan di web sekarang bukan versi original. Yang digunakan di web sekarang itu sudah saya edit sedemikian rupa dengan software Inkscape.

Mockup

Desain dalam bentuk grafis (istilahnya kalo gak salah mockup) pernah dibuat tahun 2007.Β  Tapi jelek banget.. jadi ndak tega diteruskan jadi theme wordpress. Kalau yang sekarang kan keren abiss… (berani protes, gorok…!). Berikutnya terjadi modifikasi terus. Silahkan lihat disini http://labanapost.com/download/. Semua file yang bernama depan mockup-*, dan berakhiran *.htm itu adalah perkembangannya dari jaman ke jaman. Yang sekarang dipake adalah versi 0.4, walaupun dengan sedikit perubahan dari mockup asli.

Selama proses ini saya juga tetap diuber – uber sama bung Agung (ketua KPLI Jogja). Hingga akhirnya dia berhasil. (Cocok buat dipilih lagi jadi ketua untuk pengurus periode berikutnya).

Oh iya, seluruh desain dibuat menggunakan Inkscape pada OS Ubuntu, saya menggunakan bantuan grid image *lupa dapet dari situs mana*. Color Pallete yang saya pilih di Inkscape adalah Tango.

XHTML + CSS

Di versi mockup 0.3 sebenarnya sudah sempat mau dijadikan theme, walaupun saya masih merasa ndak puas. Kemudian setelah beberapa kali meminta bantuan di milis Jogja Linux, akhirnya ada yang mau meluangkan waktu membantu saya. Bung Andri bersedia mengkonversinya ke XHTML & CSS menggunakan bantuan tool YAML. Tetapi karena saya akhirnya merubah desainnya ke versi 0.4, hasil kerja keras bung Andri tersebut tidak jadi diteruskan menjadi theme wordpress. Read More

LinuxMint Dukung Palestina

Clement LefebvreClement Lefebvre, founder distro LinuxMint baru saja mengeluarkan statemen yang mengundang banyak perhatian komunitas Linux. Dalam tulisannya di Blog LinuxMint dengan tegas dia menyatakan bahwa dia mendukung Palestina. Dan dia menambahkan dua statement ini :

I’m only going to ask for one thing here. If you do not agree I kindly ask you not to use Linux Mint and not to donate money to it.”

“I don’t want any money or help coming from Israel or people who support the action of their current government.”

Terlepas dari pandangan politik yang mendukung ataupun menolak tindakan terhadap Palestina, banyak aktivis opensource yang tidak setuju dengan tulisan Clement ini. Bukan karena pandangan politiknya, tetapi karena dia menuliskannya bukan pada tempatnya. Menurut mereka opini politik pribadi tidak seharusnya dimasukkan di dalam sebuah karya bersama dari komunitas opensource, terlepas dari kenyataan bahwa kontribusi terbesar tetap dari dia. Tentu saja ada sebagian juga yang setuju. Menurut mereka Clement adalah satu dari sedikit orang yang berani mengutarakan pendapatnya dengan jujur.

[UPDATE] Tulisan di Blog LinuxMint sudah dihapus, dan akhirnya dipindah ke blog pribadi Clement Lefebvre – Thanx infonya om Vavai.. πŸ™‚

Software yang Beli Pasti Lebih Bagus Daripada yang Gratis

“Logikanya aja lah.., sesuatu yang beli itu pasti lebih bagus daripada yang gratisan.. Iya kan? Jadi, .Net itu lebih bagus daripada Java”, ujar salah seorang pembicara pada acara Sunday Sonten ke-8 yang waktu itu bertempat di kampus Informatika UPN Yogyakarta. Saya tidak tahu *hacker* ini sedang bercanda atau serius, tapi lihat mimik wajah dan gaya bicaranya, kayaknya sih emang lagi serius.

Tapi…., ahh.. serius lo..?

Tes Desain Baru Situs Jogja Linux

Situs Jogja Linux sudah berganti theme (setelah dikerjakan selama 2 tahun πŸ˜‰ ), tapi belum permanen, statusnya masih live test.

Link : http://jogja.linux.or.id

Linus Torvalds Ngeblog

Setelah lama menghindari dunia per-blogging-an, akhirnya Linus Torvalds bikin blog juga. Berita terkait ada di NetworkWorld.com.

Lowongan Web Creative di UGOS

Senang rasanya melihat semakin hari semakin banyak lowongan seputer web. Tak tanggung – tanggung, kini tim UGOS (UGM Go Open Source) yang membuka lowongan untuk bidang web. Tak mau kalah dengan, Suara Merdeka, YogYES.com dan Inilah.com tampaknya. Tapi ini khusus Linuxer. Berbahagia lah anda yang telah menjadi Linuxer, karena ini kesempatan anda.. (*kaya bahasa promo produk ya?).

Oh iya, tidak hanya lowongan web saja sebenarnya, ada yang lain juga. Ini detail lowongannya : Read More

Panduan Upgrade WordPress 2.5 – oleh Movable Type !

MovableTypeYa, judul itu tidak salah. Setahu saya memang, WordPress 2.5 belumlah keluar. Dan anehnya panduan ini diberikan oleh Movable Type (saingan terbesar WordPress).

*Jika anda kurang familiar dengan Movable Type (MT) : MT ini adalah salah satu alat bantu blogging (blogging tools / blog platform / CMS nya blog). Selain MT masih ada pmachine, Drupal, WordPress, dll. Dan sebagai catatan MT sudah lebih dulu ada sebelum WordPress.

Perbedaan paling mendasar dari MT dan WordPress adalah, MT dikembangkan oleh perusahaan (Six Apart), dan WordPress dikembangkan oleh komunitas (opensource), sementara tujuan utama dan modelnya hampir sama. Selain itu tentunya adalah perbedaan fasilitas. MT memiliki lebih banyak fasilitas built in. (Sekarang sebenarnya MT pun sudah opensource).

Six Apart ini adalah salah satu perusahaan yang “paling romantis” dari sedikit perusahaan sejenis yang saya ketahui. Mengapa romantis? Karena kedua pendiri Six Apart ini adalah suami istri. Dan mereka sudah pacaran semenjak jaman SMA tanpa pernah berganti pasangan hingga saat ini ! (sumber : Business 2.0 Magazine). Apa di Indonesia juga ada ya yang mirip seperti ini? walaupun mungkin tidak dari jaman SMA. Saya rasa YogYES.com masuk kategori ini πŸ˜‰ hi..hi..

Kembali ke topik : Sebelum ini saya tidak begitu intens memperhatikan perkembangan MT. Tetapi setelah kemarin saya ngobrol lama dengan Bung Thomas Arie (OrangeScale.com) di tempat tinggalnya, saya jadi kembali tertarik memperhatikan MT. Dan judul di atas itulah yang saya temukan ketika membuka web MT.

Jadi bagaimana “panduan” upgrade WordPress 2.5 oleh Movable Type ini? Ini dia, sebuah kalimat pembuka tulisan yang sangat menggugah : Read More

Kohana – Framework PHP CodeIgniter Versi Komunitas

Kohana PHPSaya hampir satu bulan ini bergelut dengan Framework PHP yang bernama CodeIgniter untuk melakukan recoding sebuah situs. Saya pilih CI (kependekan dari CodeIgniter), karena dokumentasinya yang tertata dengan baik. Bahkan kalau anda “lihai” mencari, anda bisa dengan mudah mendapatkan e-book-nya. Tetapi dokumentasi bawaan hasil download dari CI sendiri sudah lengkap kok sebenarnya.

Tapi ada sedikit hal yang agak menggangu saya, CI ini bukanlah dikembangkan oleh komunitas, tetapi oleh sebuah perusahaan (vendor), yang bernama EllisLab. EllisLab mempunyai produk CMS yang bernama ExpressionEngine. Kabar – kabarnya sih CI ini berasal dari CMS ExpressionEngine ini. Jadi bukan ExpressionEngine dibangun dengan CI, tetapi justru CI adalah hasil ekstraksi (atau kompresi?) dari ExpressionEngine.

Nah, saya sendiri merasa kurang nyaman menggunakan produk bebas dari sebuah perusahaan. Saya lebih suka yang bersifat komunitas seperti Linux. Dan yang seperti itu adalah CakePHP, sedangkan saya sendiri tidak suka (tidak mampu?) bekerja dengan aturan di CakePHP yang cukup strict (Convention over Configuration).

Lalu apakah tidak ada solusinya? Tentu saja ada.. Read More

Menggunakan CMS atau Framework?

Saya termasuk orang yang mengembangkan website tanpa pernah membuatnya dari nol. Maksudnya, saya tidak membuat komponen dari website itu secara manual satu demi satu. Mulai dari arsitektur website, komponen modul, file uploader, user access, image manager, dll. Biasanya semua dilakukan dengan menggunakan CMS yang OpenSource, seperti WordPress dan Drupal (jaman dulu juga termasuk PHPNuke). Biasanya memang saya melakukan modifikasi disana – sini agar website ini bisa bekerja sesuai keinginan. Umumnya akhirnya website tersebut akhirnya bisa berjalan sesuai harapan.

Tetapi kemudian datang masalah seperti berikut ini :

  1. Website tersebut membutuhkan galery foto dengan fasilitas slideshow.
  2. Website tersebut membutuhkan katalog produk.
  3. Website tersebut ingin mengimplementasikan fasilitas social network.
  4. Website itu ingin menyediakan fasilitas bagi membernya untuk bisa mengupload file MP3. Dan tiap member nantinya bisa mengatur level akses terhadap file MP3 yang dia upload.
  5. Website tersebut ingin mempunyai form yang terintegrasi untuk arsip wawancara.
  6. dll

Jika saya menggunakan CMS seperti Drupal. Mungkin hal ini masih bisa ditangani dengan ketersediaan modulnya yang sangat banyak. Atau jika memang modulnya belum tersedia, kita bisa membuat sendiri. Selain itu jika kurang puas, kita masih bisa melakukan oprek lebih dalam dengan menggunakan API yang disediakan Drupal. Dengan tujuan agar website ini sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Tetapi, hal ini bisa jadi merupakan masalah baru. Tentunya kadangkala hal ini bisa menjadi solusi untuk satu masalah tetapi bukan tidak jarang malah menimbulkan masalah baru. Beberapa skenario yang sering terjadi : Read More