Tag: ubuntu

Mencari Mp3 di YouTube dengan Linux

Saya pernah melihat sebuah klip lagu bagus di YouTube. Kadangkala saya begitu menyukai lagu di dalam video tersebut. Saya ingin menyetelnya berulang – ulang kali. Tapi rasanya tidak efisien jika setiap kali saya mau mendengarkan lagu tersebut saya harus kembali membuka YouTube.

Oh iya, donlot ajaah.. Kan bisa tuh di donlot file .flv nya. Udah sih.., udah di download. Tapi nanti kan playernya adalah player video. Jadi saya tidak bisa memutarnya dengan memasukkannya ke dalam player audio saya di Ubuntu Intrepid, yaitu Amarok. Iya sih.., Amarok bisa memainkan file flv juga (walaupun gambarnya tidak keluar). Tapi jika digabungkan dalam sebuah berkas playlist, seringkali file flv tersebut tidak dimainkan dengan benar. Read More

Beralih ke Ubuntu Intrepid, Pertahankan Java dan Eclipse Anda

Saya baru saja melakukan upgrade fresh install Ubuntu Intrepid tadi sore. Sayangnya, DVD repositorynya belum tersedia. Jadi terpaksa ritual pemasangan perangkat lunak setelah fresh install tidak bisa saya lakukan dengan mudah. Duuh.. sedih deh..

Gini nih, saya kan biasa pakai Eclipse (dengan PDT) untuk bercoding CakePHP ria.. Nah, ketika saya selesai install Ubuntu Intrepid, tentu saja saya perlu menginstal ulang Java SE nya. Mudah memang dengan apt-get, tetapi koneksi saya hanyalah 3G dari TelkomselFlash, yang kecepatannya.. (hmm.. takut OOT..). Jadi tidak mungkin saya melakukan apt-get install java, yang besar paketnya *sekian* MB itu.

Untungnya saya sangat jenius.. (keliatan kan?).  Sebelum pasang Intrepid, saya buat backup dari J2SE saya. Saya salinlah direktori /usr/lib/jvm/java-sun-6-sdk ke /media/adata/opt. Kebetulan Eclipse pun saya pasang (install) di direktori yang sama. (/media/adata/ saya symbolic link ke /home/laban/adata). Dengan begitu saya tidak perlu mengunduh ulang Java SE lewat apt-get.

Berikutnya saya coba jalankan perintah java di terminal. Dan muncul pesan error bahwa berkas jre/lib/i386/jvm.cfg tidak ditemukan. Ternyata berkas tersebut merupakan symbolic links dari /etc/jvm.cg. Sementara berkas tersebut terlupakan untuk saya salin dari Ubuntu Hardy sebelumnya.

Akhirnya saya buat sendiri berkas tersebut. Tapi isinya apa? Hmm.. butuh 10 googling untuk tahu apa isinya. Dan ternyata cukup dengan dua baris ini sudah bisa berjalan : Read More

Bagi – bagi Partisi di Linux

Langsung saja. Ini lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang partisi di Linux.

Partisi saya adalah sebagai berikut :

/dev/sda1 : Wincrot
/dev/sda2 : Linux
/dev/sda5 : ADATA
/dev/sda6 : BDATA
/dev/sda7 : EXTRA
/dev/sda8 : Swap

Partisi Linux dan Wincrot dibuat pada saat instalasi. Sedangkan partisi sisanya dibuat belakangan dengan program GParted (di Ubuntu Linux).

Tujuan : Saya mau punya partisi yang pemakainnya semudah di Windows (Drive D, Drive E, Drive G, dll).

Catatan : Semua isi tulisan ini berorientasi pada distro Ubuntu Linux dengan desktop GNOME.

Analogi dengan Windows Explorer, maka di GNOME file browser (Nautilus), saya rasa bentuknya akan menjadi seperti ini :

Nautilus Explorer

Nah agar bisa jadi seperti itu, caranya : Read More

Pentingnya Membagi Partisi di Linux

GParted LinuxSaya seringkali menemukan pengguna Linux yang hanya menggunakan 1 partisi untuk keseluruhan Linuxnya. Kemudian untuk menyimpan data, biasanya dilakukan dengan membuat direktori – direktori khusus di dalam direktori HOME nya. (Contoh : /home/laban/kerjaan, /home/laban/foto). Ada juga yang membaginya menjadi dua bagian : / (root) dan /home.

Apakah salah membagi partisi seperti itu?

Tentu saja tidak.. Tapi kalau bagi saya pribadi tidak aman.. Begini contoh kasusnya (pengalaman pribadi sih).

Contoh Kasus I

Saya menginstal Ubuntu Linux. Dan semua kerjaan saya di linux ini ya saya simpan di partisi Linux ini. Preview partisinya kurang lebih begini :

/dev/sda1 : Linux

/dev/sda2 : Swap

Di folder home user (/home/laban), saya buat direktori tempat saya menyimpan file – file saya : (/home/laban/web, /home/laban/gambar, /home/laban/surat-surat)

Suatu hari, saya bermain – main dengan compile kernel. Setelah selesai saya restart. Dan ternyata Kernel Panic..! Saya tidak bisa masuk ke Linux. Dan bodohnya, saya tidak punya backup image kernelnya yang lama..

Beberapa trik sebenarnya bisa dilakukan agar saya bisa kembali lagi menggunakan Linux itu. Tapi pengalaman saya sendiri, susah mencari dokumentasinya. Tanya di forum dan milis, belum tentu bisa dapat jawaban yang benar dalam waktu cepat. Percaya atau tidak, saya lebih memilih untuk melakukan instal ulang.

Tapi tunggu.., kalau install ulang, berarti /dev/sda1 di format semua dong? Gimana dong datanya?

> Hmm… tenang saja. Kan bisa pake Live CD. Dengan Live CD partisi di hardisk kan bisa dibaca.

Tapi di copy kemana?

> Oh iya ya.., kan partisinya cuma satu. Oh iya.., diburn aja ke DVD. LinuxMint itu kalo gak salah bisa ngeburn DVD kok.

Lha, kan DVD-ROM nya dipake buat jalanin Live CD nya..

> Ouchh…

Contoh Kasus II

Saya menginstal Ubuntu Linux. Dan semua kerjaan saya di linux ini ya saya simpan di partisi Linux ini. Preview partisinya kurang lebih begini : Read More

AADX : Xorg Boros Prosesor di Hardy

Ini salah satu kekecawaan saya pada Daryna saya yang telah menjadi Hardy. Sewaktu masih di Daryna (Linux Mint 4.0), prosesor saya normalnya pada kondisi idle hanya menghabiskan 5 – 8% resource prosesor. Tetapi sekarang setelah upgrade ke Hardy, prosesor saya (Intel Core Duo 1,66 Ghz) terpakai 25 – 36% dalam kondisi idle..! Dan setelah dilihat dengan command “top”, ternyata aplikasi Xorg lah biang keladinya.

AADX (Ada Apa Dengan Xorg)?
Tidak berjodohkah Daryna dengan Hardy? Lalu apakah Konde (BlankOn 2.0) juga tidak berjodoh dengan Hardy? Apakah memang hati Hardy hanya untuk Feisty? Jawab…!! Jawab.. ! Daryna butuh kepastian darimu.. Atau harus kupecahkan saja gelasnya, biar ramai (terus disuruh bayar di kasir??!).. *halah.. mulai gak nyambung lagi nih..

Menyambung Hardy dari Daryna

Sebelum ini saya pakai Linux Mint 4.0 (Daryna).. *Jadi inget tentang kawin cerai saya sebelum menikah dengan Daryna dulu..

Seperti biasa, saya selalu tidak sabar ketika muncul rilis baru dari Ubuntu (& Debian). Dan kebetulan Ubuntu pun baru saja menelorkan versi 8.04 nya, yang bernama Hardy Heron. Yang jadi masalah, adalah saya ingin mencicipi Hardy, tanpa harus fresh install.. Sementara saya sendiri sekarang pakai Linux Mint Daryna (= Ubuntu + Multimedia). Jadi simpelnya saya ingin mengupgrade Linux Mint 4.0 Daryna di notbuk ku ke Ubuntu Hardy Heron, secara langsung.. tanpa fresh install..

Akhirnya nekat sajalah.., lakukan tiga langkah mujarab ini :

1. sudo apt-get update

2. sudo apt-get upgrade (yang di repo gutsy diupgrade dulu)

2. sudo pico /etc/apt/sources.list

3. Ctrl+w  (cari teks di Pico / Nano), isi dengan gutsy, Ctrl+r (replace teks), isi dengan hardy

4. Ctrl+o, Ctrl+x

5. sudo apt-get update

6. sudo apt-get dist-upgrade

Dalam waktu sekitar 45 menit (disambi download iso Ubuntu alternate buat jaga – jaga), semua paket selesai didownload.. (45 menit buat upgrade semua paket + download 1 buah ISO images itu tergolong cepat kan ya? Soalnya aku dapet kecepatan akses ke kambing.ui.edu naik turun antara 150kB/s – 900kB/s ! He…he..he mumpung masih mahasiswa manfaatin fasilitas kampus UGM tercinta ini..)

Proses instalasi paket *deb yang ada di cache nya APT berjalan sekitar kurang lebih 2 menit, sebelum akhirnya notbuk ini harus mati suri karena habisnya batre.

Pulang ke kos, dan melanjutkan proses tadi (+ memperbaiki beberapa error). Akhirnya setelah ditinggal makan mie di burjo depan pos kamling, proses ini selesai. Sejauh ini berjalan normal.. Horee..  bisa juga ternyata menyambungkan Daryna ke Hardy.

Detail ceritanya ntar aja, ini juga belum tidur..

*) btw, banyak juga kekecewaan yang kudapatkan.. ntarlah dilanjutin

Lebih dalam Tentang Ubuntu

UbuntuPada awalnya saya sedang mencari dokumentasi tentang MEPIS. Tetapi akhirnya malah kesasar pada tulisan tentang Ubuntu. Ada beberapa hal yang saya baru tahu (lebih detail), mungkin para ubuntuers juga ada yang belum tahu :

1. Ubuntu LTS (Long Term Support)

Rilis Ubuntu dengan label LTS (seperti : Dapper Drake), berarti rilis ini akan disupport oleh Canonical selama 3 tahun untuk desktop, dan 5 tahun untuk server. Tetapi support ini hanya untuk update security, jadi bukan update aplikasi. Inilah yang menyebabkan MEPIS yang sempat mengganti basisnya dari Debian ke Ubuntu, tetapi akhirnya kembali menggunakan Debian sebagai basis distronya. Read More

Canonical Inspirasi Model Perusahaan OpenSource bagi Drupal (dan Kita?)

Drupal CMSDries Buytaert, pencipta dari Drupal CMS (Content Management System) baru saja mendirikan perusahaan startup, Acquia. Bidang perusahaan ini tentunya masih di seputar Drupal. Lebih lengkapnya bisa dilihat di FAQ nya.

Drupal sendiri berlisensi GPL, sama seperti Linux. Dan Drupal juga mempunya varian (distro), salah satunya (dan satu – satunya yang saya tahu) CivicSpace. Jika di Linux distro satu dengan yang lainnya yang membedakannya adalah paketan software – software yang dibawanya (termasuk manajemen paketnya), di Drupal pun seperti itu. Perbedaan CivicSpace dan Drupal adalah paketan modul – modul yang menyertainya.

Saya sendiri dulu juga sempat bertanya – tanya, banyak perusahaan pengembang web & Drupal Support yang berkembang dan telah terbukti menghasilkan bisnis yang bagus. Di antaranya adalah Lullabot, yang mengembangkan web MTV Inggris dengan CMS Durpal. Tetapi mengapa si penciptanya sendiri tidak membuat perusahaan serupa, dan tetap asyik saja menjalani kuliah PhD nya. Dan pertanyaan saya terjawab sudah. Bukannya tidak, tetapi belum (walaupun tidak serupa).

Canonical (Ubuntu Linux)

UbuntuCanonical Ltd. sendiri sebuah perusahaan di bidang opensource yang cukup unik. Berbeda dengan pendahulunya yang telah sukses RedHat dan Novell, perusahaan yang digawangi oleh Mark Shuttleworth ini tidak membuat edisi enterprise dan edisi umum (public). Tetapi Read More

Apt-Web dan Kisah Cewek Cantik

UbuntuBung Fajran mungkin harus membaca percakapan yang terjadi dengan saya ini, sebelum dia membuat suatu aplikasi yang sangat mencerahkan Linuxer (Ubuntuers / Debianers?) di Indonesia (apt-web) :

Hari Pertama

Cewek cantik : “Hei cowok cakep, aku mo nginstal Linux nih. Katanya ada distro – distro gitu deh di Linux, terus aku install yang mana dong ?”

Aku (cowok cakep) : “Tergantung cantik.. Itu tergantung kebutuhan. Secara kamu baru belajar pake Linux, bisa pake Ubuntu, ato LinuxMint.” (sok pengen bahasa gaul.., tapi dengan logat Jambi)

Cewek cantik : “LinuxMint? Jarang denger sih..” (maklum cewek cantik kan gak gaul sama Linux). “Kalo Ubuntu sering denger. Aku install Ubuntu aja deh.. Makasih ya cowok cakep.. ”

Aku : “Ya.. sama – sama cantik, lain kali kalo butuh bantuan calling aku aja deh.. Ehm.., boleh tau no HP nya gak? ato FS?”

Cewek cantik : “Lain kali aja ya.. “, sambil berlalu pergi..

Hari kedua

Cewek cantik : “Eh cowok cakep.., ketemu lagi nih. Mo tanya boleh dong.. ” (sambil kedip – kedip genit..)

Aku : “Boleh dong cantik.. ” (tapi gak pake kedip – kedip.., gak pantes..!) Read More

Aku, Linux dan Kawin Cerai

Aku, Linux, dan Kawin CeraiSekitar libur Lebaran, aku cerai dengan Feisty, terus kawin dengan Gutsy. Ternyata rumah tangga kami tidak harmonis.., seringkali terjadi cekcok sebelum kami bisa “bercinta”. Akhirnya, terpaksa aku ceraikan juga si Gutsy. Aku cari pasangan yang emosinya lebih stabil, terbukti tangguh. Akhirnya pacaran dengan Debian, sampai akhirnya nikah dengan Debian.

Ternyata Debian ini terlalu tua untukku. Banyak “sifat – sifat”-ku yang belum dikenali oleh si Debian. Akhirnya aku kawin dengan adiknya yang lebih muda, Lenny namanya. Rumah tangga kami berjalan mulus untuk beberapa saat, sampai akhirnya aku khilaf dan selingkuh dengan si Unstable dari keluarga Debian juga. Akhirnya rusaklah hubungan kami.

Sadar aku khilaf, akhirnya aku mulai lagi hubunganku dari awal dengan Lenny. Mungkin udah keburu sakit hati, di tahap kedua ini Lenny justru seringkali gagal memahami beberapa “sifat”-ku. Saat sifatku yang satu dia “pahami”. Sifatku yang lain tidak dikenalinya. Puffhh.., saatnya cari istri baru sepertinya. Aku belum mau menyerah membina rumah tangga. Read More

Testimony Ubuntu 7.10 Gutsy Gibbon [3] – Pindah Debian 4.0

Logo DebianAkhirnya.., memantapkan langkah untuk pindah ke Debian 4.0 (Etch), dan diupgrade ke Lenny (Testing). Semalaman berkutat dengan instalasi Debian dan paket – paket lain yang biasanya aku butuhin di Ubuntu.

Beberapa proses berjalan gagal. Seperti install OpenOffice, tetapi akhirnya berhasil diatasi. Untuk menginstall OpenOffice membutuhkan paket ttf-opensymbol. Error di /usr/share/fonts. Gagal untuk membuat file cache di direktori tersebut. Bisa diatasi dengan “menyentuh” semua direktori font tersebut : “touch /usr/share/fonts”.

Oh iya, ini bukan pertama kalinya aku install Lenny. Sebelum Feisty keluar aku sudah coba pakai Etch, juga Lenny. Tetapi ada beberapa masalah yang bikin aku cukup jengah : driver wireless defaultnya tidak ada, harus download manual dulu, dan yang kedua jack out speaker notebukku (Compaq v3000) tidak berfungsi, sementara di Feisty keduanya bisa berfungsi, walaupun untuk soundcard tidak sempurna.

Di Ubuntu berikutnya, Gutsy, soundcardku akhirnya bekerja sempurna. Tetapi ini harus dibayar mahal dengan error yang aku dapat di Gutsy (baca postingan sebelum ini).

Berhubung di Ubuntu aku sudah tahu paket apa aja yang dibutuhkan agar hardware ku bisa berjalan baik, akhirnya sekarang pindah lagi ke Debian. Driver soundcardku ternyata baru tersedia di Debian Testing (Debian punya tingkatan Stable, Testing, Unstable, dan Experimental, untuk tingkat Testing, saat ini diberi nama Lenny). Jadi akhirnya Debiannya ku upgrade ke Testing. Prosesnya berjalan baik. Dan akhirnya, soundcardku pun berjalan sempurna di Debian.

Tetapi masalah tidak habis disitu. Read More

Testimoni Ubuntu 7.10 Gutsy Gibbon [2]

UbuntuSetelah beberapa waktu menggunakan Ubuntu 7.10 Gutsy Gibbon di Compaq V3000 ku, sekarang mulai kelihatan masalah – masalahnya. Diantaranya :

  1. Setelah booting, sebelum masuk ke GUI (sebelum Gnome Display Manager – GDM – keluar), laptopku hang. Enggak bisa diapa – apain. Masuk ke mode teks (Ctrl+Alt+F2) juga gak bisa. Terpaksa tekan tombol sakti.. (tekan tombol power, tahan 5 detikan). Akhirnya mati dengan terpaksa. Lama – lama bisa jebol dong hardisku.
  2. Nautilus (File browser di GNOME) sering kali gagal me-list data – data didalam home folderku. Kadang loading cukup lama sampai akhirnya muncul, tetapi kadang hanya loading dan tak pernah selesai. Akhirnya processorku kerja 100% deh (untung core duo, jadi satunya masih bisa dipake).
  3. Ketika laptop menyala dibiarkan lama, Read More