Tentang Twitter Satu Arah

Saya sering membaca tulisan dari orang – orang yang berkecimpung di dunia digital, yang “mengecam” maraknya perusahaan yang menggunakan asset digital (Facebook, Twitter, YouTube), dll tetapi hanya satu arah. Menurut mereka, social media itu harusnya dua arah. Penggunaan satu arah itu, salah kaprah.. Perusahaan – perusahaan ini harusnya aktif menggunakan Facebook, Twitter dan YouTube nya untuk merespon komunikasi yang datang dari user.

Menurut saya tidak begitu. Tidak semua social-media harus dua arah. Ada beberapa tipe penggunaan social media yang satu arah saja sudah cukup. Saya fokuskan disini untuk Twitter.

Sebagai contoh, saya mengikuti akun @kompasdotcom. Alasan saya mengikuti akun ini, karena ketika saya melihat timeline Twitter saya, pada dasarnya saya ingin tahu apa yang terjadi “saat ini”. Entah itu dari lingkungan teman – teman saya, atau dunia yang saya sukai (musik, open source, dll). Nah, jika saya mengikuti akun @kompasdotcom, harapannya saya juga bisa mendapatkan informasi apa yang terjadi “saat ini” di taraf lebih luas. Saya sendiri memang berasumsi bahwa twit dari @kompasdotcom memang bertujuan untuk “hanya” menyampaikan berita saja.

Analogi saya adalah seperti ketika ada rekan kantor yang nyolek saya sambil bilang “Eh.., tau gak, tadi ada pesawat alien jatuh di Sulawesi”. Kalau saya tertarik, saya akan tanya, info darimana? Lalu rekan saya itu memberitahukan darimana dia dapat infonya. Kalau dikembalikan ke contoh akun @kompasdotcom tadi, jika saya ingin tahu lebih lanjut, saya klik link yang diberikan.

Dengan jumlah pengikut (follower) yang sampai 1juta lebih, dan dengan sistem Twitter yang “menerima input” nya hanya via “mention”, secara praktis, tidak mungkin akun Twitter @kompasdotcom tersebut menjadi media komunikasi dua arah. Semua twit yang me-mention akun @kompasdotcom akan masuk ke “tab mention”, sulit dibedakan, mana yang memberi input, cuma komentar sambil numpang RT, atau sekadar mention iseng. (para “social-media-admin” pasti mengerti ribetnya hal ini). Kecuali, kalau bentuk Twitter seperti Plurk, dimana setiap “status” ditanggapi dalam kolom komentar masing – masing “status”, ini masih agak masuk akal.

Lalu bagaimana jika ada user yang mau memberikan input ke Kompas.com via Twitter? Anggap saja, misal selama 1 jam terakhir semua link yang di-twit @kompasdotcom error semua (beneran pernah kejadian), maka akun mana yang bisa digunakan untuk menyampaikan info ini? Hmm..,kalau dulu sih saya mention akun bosnya Kompas.com, om @etaslim 😛 (maaf ya om, kalau habis ini jadi banyak yg mention).

Nah, mungkin untuk kasus di atas ini perlu dibuatkan akun satu lagi, misal : @kompas_admin. Akun @kompas_admin ini yang bertugas sebagai akun yang me-respon input dari user. Setiap mention ke akun ini, masuk ke sebuah sistem (bisa saja sesederhana forward ke email Corporate Affairs Kompas.com). Dari sistem ini, tim internal Kompas.com bisa mengekskalasi ke bagian – bagian terkait, untuk kemudian direspon lagi via Twitter. (sepertinya ribet memang, tetapi biasanya perusahaan – perusahaan besar itu memiliki protokol komunikasi yang cukup ketat, jadi maklum saja). Bagaimana pengikut akun @Kompasdotcom bisa tahu ada akun @kompas_admin? Ya selama beberapa waktu harus sering dipromosikan lewat akun @kompasdotcom. Setelah pengikutnya aware, maka tinggal diinfokan secara periodik (misal sehari 1 kali).

Jadi, Kompas.com maintain 2 akun dong? Ribet beneeeerr.. Ya dengan kondisi seperti di atas, setidaknya ini menjadi solusi. Mungkin teman – teman punya solusi yang lebih baik? Silahkan share di bawah.

CATATAN : Akun @kompasdotcom ini cuma contoh, untuk akun portal berita lainnya pun kurang lebih sama.

[disunting kembali barusan, postingnya via email, pemisah alinea nya berantakan tadi]

9 Comments

Add yours

  1. Menarik om okto 🙂 Di @NGIndonesia kemaren brg om @daustralala sempat ada beberapa diskusi dibuatkan beberapa akun baru terkait hal di atas. Semacam ada yg khusus berita, promo majalah, dan event.

    Cuma ya itu masalahnya, akan lebih ribet dan butuh usaha extra 🙂 Utk kasus kompas dot com yg masif di atas 1 juta akan berasa bener repotnya apalagi kalau mentionnya banyak. Kalau saat ini utk akun NGIndonesia masih bisa utk respon 2 arah karena memang ada pengembangan utk komunitasnya. Sedangkan kompas.com khan murni situs berita tanpa (mungkin) ga dibuatkan khusus komunitasnya. Atau mungkin memang dipisah perchanel, seperti kompasiana, kompas Images dll 🙂

    Kalau dalam ini saya masih pada “kepercayaan” bahwa twitter masih dan memang diperuntukan utk komunikasi 2 arah. Dimana kembali ke ide awalnya dengan konsep selebriti dan berkembang penggunaannya di Indonesia dengan beragam fungsi.

    masalahnya adalah sejauh mana kita kuat dan mampu membalas respon dengan cepat. Kadang yg jadi masalah mention yg banyak namun twitter yg error ga bisa merekap dan mengarsip mention kita dengan baik sehingga lewat deh 🙂

    Kira2 itu opini dari saya agan okto 🙂

    Salam
    @purwoshop

  2. Halo Kang..! Lama tak bersua 😀
    “masalahnya adalah sejauh mana kita kuat dan mampu membalas respon dengan cepat” <-- nah inilah inti masalahnya.Makanya dengan ide saya tadi, kalau ada satu akun khusus untuk ini, dan respon ke akun ini disimpan di sistem lain (tidak bergantung ke Twitter), akan lebih baik menurut saya.*kapan kopdar lagi..? 😀

  3. Hmm.. kalau sekedar mengikuti berita, sih, sudah ada teknologi RSS. Memang, terkadang saya juga bingung dengan perkembangan media sosial.

  4. Makanya, pake plurk dong!

    *melipir*

  5. setuju, penggunaan akun satu arah hanya menghabiskan resource internet >_<
    Company yg membuat akun seharusnya sadar kalau akun itu adalah identitas company, dan mereka harus belajar menghandle identitas mereka dengan baik.

  6. Saya sependapat pak. yang salah kaprah menurut saya, misalnya ada akun Twitter Idola dimana adminnya sibuk Follback para followernya. Menurut saya juga si admin kurang faham penggunaan Twitter idola itu sendiri. Sejatinya komunikasi dua arah dapat dilakukan cukup dengan mention saja. Jika tidak memungkinkan karena banyaknya mention yang masuk, bisa juga dengan cukup satu Tweet yang bisa mewakili atau menjawab mention2 dari follower yang masuk.

  7. Kalau RSS semua konten di web tersebut masuk ke RSS reader. Kita enggak bisa filter.. Jadinya overload konten.

    Tapi kalau dari Twitter, link2 yang dipost itu sebagian besar memang adalah link2 yang menarik. Jadi lebih sedikit jumlahnya, dan kita dapat link2 yang menarik saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *